KORANJURI.COM – Keberadaan Gunung Kemukus di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sarat dengan kisah prostitusi yang berbalut ritual.
Sebelum Pemkab Sragen melarang praktik prostitusi liar di Gunung Kemukus pada 2014, para pelaku ritual membangun persepsi yang keliru terkait mitos yang berkembang tentang ritual seks.
Banyak yang meyakini, dengan melakukan ritual seks dengan pasangan yang ditemui di Gunung Kemukus keinginan mereka akan terkabulkan.
“Sekarang sudah mulai berubah, sejak kegiatan prostitusi yang ada Gunung Kemukus ditutup secara resmi oleh aparat pada akhir tahun 2014,” jelas Warti, seorang warga di areal Gunung Kemukus beberapa waktu lalu.
Gunung Kemukus sendiri merupakan obyek wisata religi di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Lokasinya berada di tepi Waduk Kedung Ombo. Saat ini, Pemkab Sragen telah membangun jembatan penyeberangan untuk memudahkan akses menuju tempat peziarahan itu.
Obyek wisata Gunung Kemukus pun memberikan kontribusi terbesar pendapatan asli daerah Kabupaten Sragen.
Merebaknya prostitusi di Gunung Kemukus dipicu adanya keyakinan jika kesuksesan akan didapat setelah melakukan ritual seks bersama pasangan yang ditemui di areal itu.
Kondisi itu akhirnya membuat banyak pekerja seks komersial dari segala penjuru daerah datang dan menetap di Gunung Kemukus. Mereka mengontrak tanah dan rumah untuk kegiatan hiburan malam dan prostitusi.
Makam Pangeran Samodra dan Sendang Ontrowulan

Gunung Kemukus merupakan sebuah makam dari Pangeran Samodra. Tokoh itu diyakini sebagai salah satu Putra Raja Majapahit yang meninggal dalam perjalanan dan dimakamkan di Gunung kemukus.
Selain makam Pangeran Samodra, di Gunung Kemukus terdapat sumber mata air bernama Sendang Ontrowulan. Dua tempat inilah yang menjadi tujuan untuk mencapai keinginan yang diyakini para peziarah.
Dikutip dari beberapa sumber, Joko Samudro atau yang lebih di kenal dengan nama Pangeran Samodra adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya V yang lahir dari ibu selir bernama R.A.Ontrowulan atau Nyai Ontrowulan.
Namun ada juga yang menceritakan jika Nyai Ontrowulan sebenarnya adalah ibu tiri Pangeran Samodra yang keduanya sama-sama jatuh cinta.
Saat kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samodra tidak ikut melarikan diri bersama saudara-saudaranya. Pangeran Samodra memilih pergi ke Demak dan belajar ilmu agama kepada Sunan Kalijaga.
Selanjutnya, Pangeran Samodra menimba ilmu kepada Kiai Ageng Gugur yang tak lain adalah kakaknya sendiri, di lereng Gunung Lawu di desa yang sekarang bernama Desa Pandan Gugur.
Pangeran Samodra kembali pulang ke Demak ditemani oleh kedua orang abdinya. Namun di tengah perjalanan pulang, ia jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia. Kabar wafatnya sang pangeran sampai ke Demak.
Sultan Demak lalu menyuruh ke dua orang abdi menguburkan jasad Pangeran Samodra di sebuah bukit yang selalu tampak kabut hitam pada saat musim kemarau dan penghujan. Kabut yang menyerupai bentuk kukusan akhirnya menjadi nama bukit yang kemudian di sebut dengan nama Gunung Kemukus
Mendengar kabar kepergian putranya, Nyai Ontrowulan memutuskan pergi mengunjungi pusara putranya. Di sana, Nyai Ontrowulan merebahkan diri di pusara dan memperoleh pesan gaib.
Dalam pesannya, Pangeran Samudro berkata kepada ibunya, kalau ingin bertemu dengannya, Nyai Ontrowulan lebih dahulu menyucikan diri di sendang yang tak jauh dari Gunung Kemukus.
Usai menyucikan diri di sendang, Nyai Ontrowulan mengurai dan mengibaskan rambutnya. Dari kibasan rambut Ontrowulan berjatuhan bunga-bunga penghias rambut dan tumbuhlah pohon Nagasari yang sekarang ada di sekitar sendang.
Usai menyucikan diri Ontrowulan akhirnya moksa. Sedangkan sendang tempat itu sekarang dikenal dengan nama Sendang Ontrowulan. (Way)
Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS