SKODI di Kota Solo Wadah Pengembangan Atlet Disabilitas

oleh
Analis Kebijakan Ahli Muda Kemenpora Irul Trishima Atias (kiri) bersama Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Norman Yulian (kanan) - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Kemenpora melakukan pembinaan atlet disabilitas melalui Sekolah Khusus Olahraga Disabilitas (SKODI). Setelah terbangun di Jakarta, SKODI juga telah dirintis di Kota Solo, Jawa Tengah.

SKODI di Kota Solo melakukan pembinaan untuk 4 cabang olahraga yakni, atletik, renang, tenis meja dan bulutangkis. Di sekolah itu, talenta para calon atlet disabilitas ini dibina secara berjenjang dan berkelanjutan.

Analis Kebijakan Ahli Muda Kemenpora Irul Trishima Atias mengatakan, pemerintah melakukan pembinaan dari usia sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

“Dari awal memang empat cabor yang kita lakukan pembinaan, karena itu liniernya ke arah Paralimpiade,” kata Irul Trishima saat Talkshow Olahraga Disabilitas di Bali, Kamis, 19 Desember 2024.

Para siswa yang berada di SKODI dijaring melalui talent scouting oleh National Paralympic Committee (NPC). Pengurus NPC ini melakukan seleksi di tingkat provinsi hingga tingkat pusat.

Kita juga ada multievent Perpaprov untuk pelajar disabilitas, seleksi juga bisa dilakukan dari situ,” kata Irul.

Dia mengatakan, SKODI di Kota Solo masih menggunakan fasilitas sekolah yang sudah ada sebelumnya. Siswa dititipkan namun diberikan pembinaan khusus untuk bidang olahraga yang ditekuni.

Untuk tempat latihan, kata Irul, pihaknya masih menggunakan fasilitas olahraga yang dimiliki Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

“Untuk sekolahnya sendiri kita titipkan di SLB atau sekolah umum untuk jalur inklusif.
Kita harapkan nanti ada sekolah sendiri seperti yang ada di Jakarta, mereka ada sekolah sendiri, ada asrama sendiri dan tempat latihan sendiri,” jelas Irul.

Tapi untuk saat ini, pemerintah melalui Kemenpora dan PUPR tengah membangun sarana training camp (TC) khusus disabilitas di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

“Training Camp Disabilitas ini untuk mempersiapkan para atlet disabilitas secara berkelanjutan,” jelas Irul Trishima Atias.

Sementara, Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Norman Yulian disabilitas memiliki kemampuan yang sama dengan non disabilitas.

Di bidang olahraga, kata Norman, para atlet disabilitas juga menunjukkan kemampuan dari profesi yang ditekuninya.

“Ini membuktikan bahwa disabilitas mampu misalnya, kalau angkat berat yang saya ketahui, banpress itu mengangkat sambil rebahan, dia menggunakan otot tangan dan itu sama seperti yang dilakukan atlet non disabilitas,” kata Norman Yulian.

Dirinya berharap, disabilitas mendapatkan kesempatan yang setara dengan kelompok pada umumnya.

“Harapan saya, adanya kolaborasi dengan banyak pihak, kegiatan mereka diekspos supaya memberikan wawasan kepada masyarakat terhadap teman-teman disabilitas,” jelas Norman Yulian. (Way)

KORANJURI.com di Google News