Pembangunan Makam Kuno Kherkof Dezentje Tuai Polemik



KORANJURI.COM – Pembangunan komplek makam kuna Kherkof Dezentje di Desa Candi, Kecamatan Ampel, Boyolali oleh menuai polemik dari warga.
Pasalnya, proses pembangunan makam arsitektur Eropa yang diperkirakan di bangun pada abad 18 tersebut sarat dugaan tanpa melalui prosedur berupa, ijin dari Balai Pelestari Cagar Budaya. Sehingga dikhawatirkan, justru akan merusak bentuk aslinya.
Warsito, lurah desa setempat saat dikonfirmasi membenarkan p,embangunan tersebut memang sepengetahuanya. Bahkan dia menunjuk beberapa orang yang ia beri tugas untuk membersihkan makam.
Namun Warsito sama sekali tidak mengetahui, jika makam Kherkof Dezentje merupakan cagar budaya yang dilindungi undang-undang. Sehingga, siapapun yang akan melakukan renovasi harus ijin dinas terkait.
Secara umum Warsito memang sudah meminta ijin kepada Dinas Kebudayaan Pemkab Boyolali. Namun pemberian ijin tersebut hanya sebatas membersihkan. Itupun diberikan secara lisan.
Selaku Kepala Desa, Warsito menyampaikan alasan, makam kherkof kondisinya sangat memprihatinkan.
Oleh karena itu, ketika ada seseorang yang bernama Bambang Pranolo mengaku sebagai keturunan Dezentje kemudian meminta Susilo untuk merenovasi makam, maka ia mempersilahkannya.
“Agar makam kherkof tidak nampak angker,” jelas Warsito.
Awal mula makam Kherkof tersebut direnovasi, kata Susilo, berawal dari pertemuan dirinya dengan Bambang Pranolo yang mengaku sebagai keturunan Dezentje.
Menurutnya, Bambang yang mengaku sebagai ahli waris Dezentje, mencari leluhurnya. Kemudian baru diketahui jejaknya setelah ditemukan di Ampel, Boyolali. Dari hasil pertemuan tersebut, Bambang kemudian meminta tolong kepada Susilo untuk membersihkan dan membangun pagar makam.
“Dengan dalih agar makam leluhurnya bersih dan terawat,” jelasnya.
Atas kemauan ini, Susilo lantas merinci seluruh kebutuhan biaya renovasinya.
Beberapa pekan setelah pertemuan awal, proses pembangunan pagar dan renovasi bangunan yang rusak mulai dikerjakan. Namun lebih dulu Susilo bersama Kepala Desa, RW dan RT menggelar rapat bersama.
Dari kisah turun temurun, Dezentje merupakan orang Belanda yang pernah hidup dan berjaya di sekitar tahun 1797-1839. Di Boyolali, ia memiliki banyak perkebunan sehingga cukup terpandang. (JK)