KORANJURI.COM – Pariwisata MICE Bali perlahan mulai merasakan dampak dari efisiensi anggaran pemerintah pusat. Kegiatan meeting kementerian dan lembaga tidak diperkenankan digelar di luar kantor.
Bali selama ini banyak menjual fasilitas meeting, incentive, convention dan exhibition (MICE). Pembatalan terhadap reservasi hotel sudah terjadi hingga ke angka 50 persen.
Menanggapi hal itu, Ketua Bali Tourism Board Provinsi Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengakui, pariwisata MICE bakal terdampak kebijakan efisiensi anggaran pemerintah pusat.
Namun selain MICE, Bali juga menjual pariwisata leisure yang selama ini didominasi oleh wisatawan mancanegara.
“Tapi jangan khawatir, Bali itu pasarnya internasional tapi bukan berarti domestiknya engga penting, tapi leisure ini sangat signifikan dari spender nya wisman itu jauh lebih tinggi dari spender domestik,” kata Agung Partha Adnyana di Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali, Selasa, 25 Februari 2025.
Ia mengatakan, kebijakan efisiensi yang diambil Presiden Prabowo Subianto ini juga pernah dilakukan oleh Joko Widodo. Namun, karena dampaknya terasa hingga ke UMKM, maka saat itu Jokowi membatalkan kebijakan penghematan anggaran.
“Kalau berkaca dari sebelumnya, ketika pak Jokowi presiden, kebijakan itu cuma berlangsung tiga bulan karena dampaknya luas. Kita berharap yang sekarang juga akan begitu,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi, pihaknya menekankan ada diversifikasi pariwisata. Pengembangan daya tarik wisata seperti pariwisata budaya, gastronomi hingga industri kreatif.
Sementara, Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Indra Gunawan Sutarto mengatakan, kondisi perekonomian di Bali tak banyak dipengaruhi oleh dinamika perekonomian global.
Ia mengatakan, surat berharga menjadi banyak dipilih oleh negara-negara luar untuk berinvestasi di Indonesia. Indra mengatakan, pihak asing memegang 20 persen outstanding surat berharga.
“Realisasi investasi di Bali tak banyak berdampak oleh dinamika global terutama di Amerika Serikat. Kita lebih banyak mencari sumber investasi dari negara-negara dari UEA dan India,” kata Indra Gunawan. (Way)