KORANJURI.COM – ‘My Generation’ merupakan sebuah film yang mengangkat realita kehidupan generasi secara natural. Dimana mereka lebih kritis dalam menanggapi segala hal dan lebih berani mengungkapkan pendapat tak terkecuali kepada orangtuanya.
Bahkan secara kritis, mereka mempertanyakan kembali nasihat atau larangan orangtua kepada mereka yang dianggap belum tentu benar atau sesuai dengan karakter mereka.
“Dalam membuat sebuah film, memang saya selalu tertantang untuk membuat angle yang berbeda dan untuk film remaja. Saya tidak ingin mengangkat seputar romantisme percintaan anak muda, tetapi mengangkat generasi millenials saat ini yang unik yang cukup menyedot perhatian masyarakat dari kacamata mereka,” ujar sang sutradara Upi kepada wartawan di sela-sela Gala Premiere Film ‘My Generation, Minggu (5/11/2017).
Upi juga menghadirkan para bintang utama dalam filmnya yaitu Bryan Langelo (sebagai Zeke), Arya Vasco (Konji), Alexandra Kosasie (Orly) dan Lutesha (sebagai Suki).
Menurut Upi, guna mendapatkan percakapan natural untuk naskah, ia tidak menggunakan metode survey interview langsung ke anak muda karena biasanya mereka sedikit enggan untuk mengungkapkan pendapat murni seputar orangtua atau pun sekolah.
Tetapi melalui pengamatan sosial media, dimana saya mendapatkan obrolan murni yang terjadi sangat bagus untuk diungkapkan dan diangkat ke dalam film sehingga nantinya penonton akan mengetahui sudut pandang generasi millenials dalam menanggapi berbagai hal dalam dirinya secara real, yang ternyata sudah sangat jauh pemikiran dan tindakan mereka dari yang kita bayangkan.
Ini merupakan sebuah realita hidup yang coba saya tuangkan dalam film ini, bukan bermaksud menggurui atau men-judge generasi tetapi memberikan referensi terkini bagaimana kondisi generasi millenials secara lebih dekat, terangnya antusias.
Film ‘My Generation’ bercerita tentang persahabatan anak SMU, Zeke, Konji, Suki dan Orly. Di awali dengan gagalnya mereka pergi liburan karena video buatan mereka yang memprotes guru sekolah dan orangtua menjadi viral di sekolah mereka. Hingga mereka dihukum tidak boleh pergi liburan.
Tapi mereka terlalu keren untuk mengutuki keadaan dan membuat orang-orang yang sudah menghukum mereka puas.
Liburan sekolah yang terkesan tidak istimewa, akhirnya justru membawa mereka pada kejadian-kejadian dan petualangan yang memberi pelajaran sangat berarti dalam kehidupan mereka. (Ari)
