Keraton Agung Sejagat ‘Jual’ Jabatan kepada Pengikutnya Seharga Jutaan Rupiah?

oleh
Namono berseragam pembesar (kiri) warga Pogung Jurutengah yang menjadi salah satu jendral di Keraton Agung Sejagat, dan selama tiga tahun belum pernah gajian - foto: Sujono/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Untuk menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat, konon harus membayar sejumlah uang dengan besaran bervariasi. Namun tergantung jabatan atau posisi yang diinginkan.

Untuk posisi jabatan level kecamatan bayar Rp 3 juta, level pejabat kabupaten Rp 7 juta dan level gubernur Rp 14 juta. Untuk posisi jenderal dengan tanda bintang di pundak, bandrolnya puluhan juta rupiah.

Seperti yang dialami Namono, seorang warga Pogung Jurutengah, yang sudah tiga tahun menjadi pengikutnya. Namono mau mengikuti Raja Keraton Agung Sejagat, Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat, karena dia percaya kalau Totok itu Sang Ratu Adil yang ditakdirkan menjadi pemimpin bumi. 

Namono, yang sehari-harinya sebagai tukang rongsok ini, dalam tata pemerintahan Keraton Agung Sejagat diberi pangkat jenderal.

“Katanya jenderal, tapi sudah tiga tahun belum pernah gajian,” ujar Utami, istri dari Namono, saat mendampingi suaminya, Selasa (14/1/2020).

Ketika ditanya, bayar berapa saat mendaftar menjadi anggota Keraton Agung Sejagat, Namono mengaku tidak membayar sama sekali. Namun Utami, justru mengatakan yang sebaliknya.

“Suami saya sering minta uang untuk kegiatan Keraton Agung Sejagat. Jumlahnya mencapai Rp 2 juta. Kalau uangnya sendiri nggak tahu, udah keluar berapa,” ungkap Utami.

Para anggota Keraton Agung Sejagat, banyak yang berasal dari luar Purworejo, seperti Yogyakarta, Klaten, hingga Lampung. Untuk seragam yang dipakai, anggota diwajibkan membayar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta.

“Umumnya tergiur karena nantinya akan menerima gaji puluhan juta rupiah per bulan, setelah uangnya cair dari bank dunia,” ujar salah satu sumber yang tak mau disebut namanya.

Cerita lain juga diungkapkan oleh salah satu sumber bernama Kiki yang bekerja di lembaga keuangan di wilayah setempat. Kiki mengatakan, ada salah satu nasabah yang masuk dalam kelompok KAS meminjam uang sampai puluhan juta rupiah.

“Kata nasabah saya itu, dia dijanjikan gaji puluhan juta per bulan, tapi buktinya, bayar cicilan utangnya selalu telat. Kalau punya gaji puluhan juta pasti lancar kan bayarnya,” jelasnya.

Keberadaan KAS di Desa Pogung, Kecamatan Jurutengah, Kabupaten Purworejo, selama beberapa hari terakhir viral di medsos. Pemerintah daerah dan kepolisian pun sampai memantau kemungkinan adanya gerakan lain dari sekedar penampilan ‘festival tradisi’ dari kelompok tersebut. (Jon)

KORANJURI.com di Google News