KORANJURI.COM – Jika alun-alun menjadi ruang publik era dulu untuk tempat bertemu masyarakat, di Bali juga mengenal Balai banjar yang berfungsi juga sebagai ruang publik. Kepala Dinas PU Provinsi Bali, I Wayan Astawa Riadi mengatakan, secara kekinian ruang publik perlu diupdate sesuai kebutuhan.
“Secara adat di Bali kita punya ruang publik yang namanya Balai Banjar. Tapi kebutuhan itu berkembang sesuai kondisi masyarakat,” kata Astawa Riadi kepada Koranjuri.com
Dikatakan Astawa Riadi, Pemprov Bali saat ini merencanakan penataan taman kota di lapangan Renon. Pekerjaanitu direncanakan dimulai tahun anggaran 2016 untuk menata ulang kawasan Civic Centre Renon seluas 63 ribu hektar.
Diawali dari penataan kawasan pejalan kaki atau pedesterian, taman dan jalan sepanjang kawasan Niti Mandala Renon. Anggaran yang dihabiskan diperkirakan mencapai Rp 240 milyar. Realisasi itu sudah dilakukan oleh PU Bali dengan meningkatkan jalan provinsi di sepanjang jalan Cok Agung Tresna.
“Tahun ini disitu dan tahun depan kita tingkatkan untuk jalan Raya Puputan. Begitu anggaran sudah ada, tinggal kita tata kawasan civic centre,” kata Astawa Riadi.
Menurutnya, pembangunan ruang publik yang paling urgen adalah di daerah perkotaan. Kebutuhan 30% ruang publik di Kota Denpasar harus tercapai. Disitu pihaknya juga mendorong pemerintah kota untuk melengkapi sarana ruang publik yang ada.
“Seperti yang ada di puputan Badung, pemerintah kota sudah merespons keinginan warga dengan membangun fasilitas olahraga dan arena bermain anak,” ujarnya.
Pembangunan ruang publik sebanyak-banyaknya menjadi arahan presiden Joko Widodo dalam peringatan Hari Habitat Dunia. Publik space menjadi wahana untuk tempat bertemunya masyarakat , anak-anak termasuk penderita disabilitas.
nbsp;
way