KORANJURI.COM – Dr. Nikmah Nurbaity, S.Pd., M.Pd.B.I, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII, Provinsi Jawa Tengah, menjadi salah satu pemateri dalam IHT (In House Training) untuk pengembangan E-KTSP (Elektronik-Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) di SMKN 8 Purworejo, Selasa (08/06/2021), yang diikuti 56 guru.
Nikmah yang hadir untuk memberikan motivasi dalam kesempatan tersebut mengungkapkan, SMKN 8 Purworejo akan menyiapkan review KTSP, karena memang setiap tahun harus ada review KTSP.
Apalagi, kata Nikmah, ini SMK. Ada hal-hal baru di SMK, bagaimana kompetensi keahlian, kompetensi siswa harus menjadi tujuan utama.
“Kami memberikan motivasi dan juga inovasi dalam pembelajaran, karena dalam masa pandemi saat ini, SMK memiliki tantangan sedikit berbeda dengan SMA,” ujar Nikmah.
Dimana ketrampilan siswa berupa Kompetensi Keahlian ini tidak bisa didaringkan secara penuh, maka guru-guru kedepan harus membuat semacam Blended Learning, dimana kompetensi-kompetensi apa yang harus dipraktekkan di sekolah, dan kompetensi mana yang bisa di PJJ kan atau diajarkan secara online, dimana siswa lebih mandiri.
Ini, menurut Nikmah, menjadi tantangan SMK, bagaimana mengemas pembelajaran nanti kalau Juli sudah mulai PTM (Pembelajaran Tatap Muka). Sekolah yang memenuhi persyaratan, yakni, dicek list oleh Puskesmas sebanyak 187 item, yang bekerja sama dengan Dinkes, Gugus Covid, sampai sekolah tersebut mendapatkan ijin dari Gugus Covid, itupun masih diusulkan ke Dinas Pendidikan Propinsi. Dan nanti sekolah akan mendapatkan SK dari propinsi untuk melaksanakan PTM.
“Sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan ijin PTM nanti, harus mengemas pembelajarannya menjadi model Blended Learning, yaitu kombinasi antara daring dan luring. Antara pembelajaran tatap muka dengan PJJ,” jelas Nikmah.
Karena kedepan, kata Nikmah, kalaupun boleh mulai PTM, tidak semua siswa bisa masuk bersama-sama.
“Hal ini yang ditangkap SMKN 8 Purworejo, untuk melihat kembali kurikulumnya, revisi KTSP nya, review kembali, mana yang masih terus harus dilaksanakan, mana yang perlu inovasi-inovasi dalam pelaksanaannya,” ujar Nikmah.
Terpisah, Kepala SMKN 8 Purworejo, Wahyono, S.Pd M.Pd menjelaskan, IHT di hari pertama ini, sekolah memprogramkan pengembangan kurikulum dengan menghadirkan DUDIKA (dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja), komite sekolah, pengawas, Waka Kurikulum dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jateng.
“Istilahnya IHT dengan sistem in, on dan in,” jelas Wahyono di sela-sela kegiatan
Setelah kegiatan IHT di hari pertama ini (in), kata Wahyono, akan dilanjutkan dengan on sekitar 2 minggu, nanti in lagi, melaporkan hasil dari progres report 2 minggu itu, yakni, membuat administrasi, mengerjakan silabus, RPP, program semester dan sebagainya.
Progres report tersebut, nantinya diupload di Rumah Kurikulum. Di Rumah Kurikulum, ada name personal. Setiap nama ada sub lagi, diantaranya, RPP, program semester, program tahunan, silabus, analisa, dan sebagainya, sebanyak kurang lebih 9 item.
“Mereka ngisi sendiri. Kepala sekolah tinggal memantau. Rumah Kurikulum bersifat terbuka, artinya siapa saja bisa melihat, namun tak bisa menghapusnya selain admin,” terang Wahyono.
Jelasnya, setelah kerja mereka selesai, di awal Juli atau akhir Juni, semua clear dalam bentuk soft copy. Setelah jadi, KTSP clear, disyahkan pengawas, lalu dikirim ke propinsi dalam bentuk e (berbasis elektronik) tadi.
Di IHT hari ini, menurut Wahyono, sekaligus membidik evaluasi kerja semua guru dan karyawan, selama satu tahun. Misal, dalam setahun ada program kerja berapa, yang sudah berjalan berapa, yang tidak berjalan penyebabnya apa, solusinya bagaimana. Sehingga di tahun depan yang tidak berjalan bisa dicarikan solusinya.
“Intinya arahnya kesana. Selalu pengembangan-pengembangan untuk penyempurnaan, dengan sinkronisasi antara pendidikan dengan DUDIKA. Penyelenggaraan IHT ini melibatkan semua guru, komite, pengawas, perwakilan DUDIKA dan Cabang Dinas Pendidikan,” pungkas Wahyono. (Jon)