KORANJURI.COM – Inflasi Bali di bulan Juni 2022 mencapai 0,926 (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,7196 (mtm). Angka itu juga tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,614 (mtm).
Peningkatan inflasi bulan Juni bersumber dari kenaikan harga kelompok volatile food, disusul core inflation. Sementara, kelompok administered price mengalami deflasi.
Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 5,754 (yoy), atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 4,394 (yoy) dan lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 4,354 (yoy).
Sedangkan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 3,88 96 (mm), lebih tinggi dibandingkan bulan Mei yang sebesar 0,71 96 (mtm).
“Kenaikan harga kelompok volatile food didorong oleh naiknya harga cabai rawit, cabai merah, bawang merah, tomat, telur ayam ras dan daging ayam ras,” kata Kepala Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho, Minggu, 3 Juli 2022.
Ditambahkan Trisno, naiknya harga komoditas cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan tomat disebabkan oleh penurunan pasokan dari produksi daerah sentra, yang disebabkan cuaca kurang kondusif.
Sedangkan, kenaikan harga telur ayam ras dan daging ayam ras, disebabkan oleh kenaikan kebutuhan bahan pangan selama perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Di sisi lain, laju inflasi volatile food tertahan oleh menurunnya harga minyak goreng yang dipengaruhi oleh kebjjakan pemerintah, dan produksi CPO dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik dengan melakukan pelarangan ekspor CPO pada Mei 2022.
“Komoditas utama penyumbang inflasi core adalah Canang sari, mie, upah asisten rumah tangga, bakso siap santap, dan kopi bubuk. Peningkatan harga canang sari dipengaruhi oleh kenaikan permintaan selama Hari Raya Galungan dan Kuningan,” jelas Trisno Nugroho.
Sementara itu, kenaikan harga mie disebabkan adanya kenaikan harga gandum sebagai bahan baku pembuatan mie. Sedangkan, kenaikan harga bakso diakibatkan meningkatnya harga daging ayam ras.
Di sisi lain, barang administered price mencatat deflasi sebesar -0,0996 (mtm), atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,394 (mtm). Deflasi terjadi terutama disebabkan oleh penurunan tarif angkutan antar kota, angkutan udara, dan tarif kendaraan roda dua online.
“Fenomena ini didorong oleh kembali normalnya permintaan pada Juni 2022 setelah terjadi kenaikan pada bulan sebelumnya sehubungan dengan liburan Han Raya Idul Fitri 2022,” ujarnya.
Dijelaskan, untuk menjaga inflasi tetap terkendali, Tm Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota tetap melakukan koordinasi dan komunikasi di forum High Level Meeting.
“Untuk surveilance resiko PMK, dilakukan pengawasan hewan ternak 24 jam di setiap pintu masuk, baik bandara maupun pelabuhan, serta rencana vaksinasi kepada hewan ternak,” jelas Trisno Nugroho. (Way)