Hanya 5 Menit dari Sawah Terasering, Ada Jatiluwih Eco Farm, Dijamin Berwisata Lebih Seru

oleh
Atraksi budaya di Subak Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali - foto: Ist.

KORANJURI.COM – Jatiluwih Eco Farm menjadi destinasi wisata baru yang akan melengkapi Desa Wisata Jatiluwih yang terkenal dengan subak terasering. Lahan seluas 15 hektar itu hanya berjarak 5 menit dari areal destinasi utama sawah terasering.

Pengelola Desa Wisata Jatiluwih Jhon Purna mengatakan, nantinya turis yang berkunjung di subak warisan budaya Unesco itu bisa memilih aktifitas yang diinginkan.

Jhon mengatakan, selama ini wisatawan yang datang hanya melihat hamparan sawah hijau nan luas. Mereka hanya menghabiskan waktu beberapa jam di Jatiluwih kemudikan beralih ke destinasi wisata lain.

“Kita ingin turis yang ke Jatiluwih bisa memilih aktifitas yang mereka mau. Kami saat ini tengah menyiapkan eco farm untuk kegiatan itu,” kata Jhon di Denpasar, Rabu, 15 Januari 2025.

Di Jatiluwih Eco Farm itu wisatawan diberikan kebebasan untuk memilih aktifitas seperti menanam atau membajak sawah maupun tracking di areal persawahan.

Jhon mengatakan, aktifitas itu tidak mengganggu aktifitas yang dilakukan masyarakat petani di subak Jatiluwih. Mengingat, tradisi subak sudah berlangsung turun temurun selama ratusan tahun.

“Di sawah utama kita tidak bisa beraktifitas sembarangan, pada musim tanam mereka akan menanam bersamaan sampai panen, ada time limit nya yang tidak bisa dirubah,” kata Jhon Purna.

Sedangkan Jatiluwih Eco Farm merupakan destinasi wisata buatan yang dikhususkan untuk atraksi wisata seperti pembuatan virgin coconut oil, sesajen Bali hingga sangrai kopi.

Saat soft opening pada Sabtu (11/1/2025), Jatiluwih Eco Farm dikunjungi oleh siswa dari Boston College, Amerika Serikat.

Jhon mengatakan, 40 siswa dalam rombongan perdana yang berkunjung merasakan pengalaman menanam padi dengan kaki telanjang.

“Mereka tidak biasa bertelanjang kaki, tapi di sini kita ajak untuk merasakan pengalaman menanam padi,” kata Jhon Purna.

Dari aktifitas di sawah itu juga ada pesan untuk menghargai jerih payah petani dalam menggarap sawah dan menyediakan kebutuhan pangan.

“Inilah susahnya jadi petani makanya jangan sampai buang nasi,” ungkap Jhon Purna. (Way)