KORANJURI.COM – Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) kembali menyelenggarakan Nusa Dua Light Festival (NDLF) atau festival lampion terbesar di Bali. Kegiatan itu dihelat untuk agenda tutup tahun 2017 dan menyambut tahun 2018.
Wakil Dirut ITDC, Jatmiko Santosa menjelaskan, menurunnya kunjungan wisatawan ke Bali terkait erupsi Gunung Agung, tidak membuat pengelola kawasan dan hotel berdiam diri. Justru, harus membuat gebrakan untuk menarik kembali minat mereka datang ke Bali.
“Bali tetap normal, semua komponen pariwisata tetap berjalan dan beraktifitas seperti biasanya. Kami tetap melayani wisatawan dengan standar kelas dunia. Memang, kekhawatiran wisatawan itu cukup beralasan terkait jadwal penerbangan tetapi secara keseluruhan Bali tetap normal,” tegas Jatmiko didampingi Agung Riyadi selaku owner PT Taman Pelangi.
NDLF sendiri menjadi upaya menarik minat wisatawan berkunjung ke Bali. Kegiatan digelar selama 38 hari, mulai 8 Desember 2017 hingga 14 Januari 2018.
Waktu yang panjang, menurut Jatmiko, memang sengaja diberikan agar wisatawan merasa nyaman dan memiliki kesan aman berada di Bali. Ada penurunan cukup signifikan. Jika sebelum erupsi Gunung Agung tingkat hunian hotel rata-rata 60-70 persen, saat ini hanya 20-25 persen.
“Tapi itu masih tergolong kondusif. Kami minta media menyebarluaskan informasi yang sejuk bahwa tujuan pariwisata di Bali tetap aman dan nyaman untuk dikunjungi,” terang Jatmiko.
NDLF tahun ini merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya. Diselenggarakan oleh ITDC bekerjasama dengan Taman Pelangi. Mengusung tema ‘The Jungle’ dengan pentas hiburan kesenian, musik dan kuliner, bertempat di Pulau Peninsula Nusa Dua, Badung, Bali.
NDLF ‘The Jungle’ akan tetap digelar dengan konsep 3F (Food, Fun and Festival). Berbagai jenis lampion dengan tema ‘The Jungle’ seperti dinosaurus, harimau, komodo, tanaman purba dan binatang hutan lainnya, serta konsep-konsep menarik lainnya ditawarkan kepada pengunjung sebagai spot foto selfie yang diharapkan akan menjadi hits. (Ari)