KORANJURI.COM – Dampak pandemi Covid-19, sangat dirasakan masyarakat, terutama warga miskin. Merekalah, yang sangat merasakan dampak ekonomi dari wabah ini.
Di Desa Krandegan, Bayan, Purworejo, pemdes setempat punya cara unik untuk melindungi warganya yang masuk dalam kategori miskin, dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.
“Program baru ini diberi nama Telu Nulung Siji atau 3N1 (dibaca ENI),” ujar Dwinanto, Kades Krandegan, Senin (1/5/2020).
Program 3N1, kata Dwinanto, merupakan kegiatan yang bernafaskan semangat kegotongroyongan antarwarga. Konsepnya, dimana ada 3 keluarga mampu, maka mereka yang membantu dan menopang 1 keluarga miskin di sekitarnya.
“Semua warga yang ada didata dan dipetakan menjadi tiga kelompok, yaitu merah, kuning, dan hijau,” ungkap Dwinanto.
Merah, kata Dwinanto, merupakan kelompok keluarga yang sangat miskin, yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan makan saja kesulitan. Kuning, merupakan kelompok keluarga miskin yang masih bisa memenuhi kebutuhan pangan, akan tetapi tidak bisa hidup secara layak. Adapun hijau adalah kelompok keluarga yang mampu, hidup layak, dan berpotensi membantu warga yang lainnya.
Menurut Dwinanto, setelah didata dan dipetakan menjadi tiga kelompok, maka didata pula apa yang menjadi kebutuhan kelompok merah dan kuning, sekaligus apa yang bisa diberikan oleh kelompok hujau dalam membantu yang membutuhkan.
Data itu kemudian direkap dan disatukan oleh tim di Posko Siaga di Kantor Desa Krandegan, untuk kemudian dilakukan eksekusi. Misal di bidang pangan, bantuan dari kelompok hijau yang berupa makanan siap saji, bisa langsung diberikan kepada kelompok merah secara terjadwal.
Sedangkan bantuan yang berupa uang dan bahan pangan, diserahkan ke dapur umum untuk kemudian dimasak, dan didistribusikan kepada warga yang membutuhkan.
“Saat ini, Kami mengoperasikan dapur umum yang setiap harinya memasak dan mendistribusikan ratusan porsi makan untuk warga kami yang masuk kategori kelompok merah,” jelas Dwinanto lebih jauh.
Di Desa Krandegan sendiri, dari 900 KK yang ada, 212 di antaranya merupakan keluarga miskin. Dari 212 KK tersebut, ada sekitar 60 KK yang dalam kondisi kerepotan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Mereka inilah, menurut Dwinanto, prioritas pertama yang harus diselamatkan. Untuk sumber dananya sendiri, merupakan donasi, baik warga maupun dari luar desa.
“Konsepnya adalah gotong royong. Dari warga, untuk warga. Dari semua, untuk semua,” kata Dwinanto.
Untuk diketahui, Desa Krandegan sendiri sebelumnya punya beberapa program dalam mengatasi dampak Covid-19 bagi warganya, dan sukses dijalankan, yakni, Pasar Bergerak, Meja Anti Lapar, Bantuan Cair Langsung, dan Baju Lebaran Untuk Si Kecil. (Jon)