KORANJURI.COM – Sudah dua pekan perairan Rote terus mengalami gelombang tinggi disertai angin kencang. Akibat cuaca ekstrim itu, nelayan memilih tidak melaut sambil menunggu kondisi cuaca mereda.
“Gelombang laut bisa setinggi dua hingga tiga meter. Daripada beresiko kami memilih tidak melaut,” kata Dominggus Sela, salah seorang nelayan di RT 003 RW 01, Kelurahan Metina saat ditemui di rumahnya, Senin 28 Desember 2015
Beberapa nelayan hanya berharap cuaca buruk cepat berakhir untuk melanjutkan kegiatan usaha menangkap ikan. Para nelayan itu hanya menunggu sambil mengisi waktu dengan memperbaiki alat tangkap (pukat) dan memperbaiki perahu yang bocor.
Cuaca buruk yang terjadi hampir di seluruh perairan Rote Ndao sudah berlangsung selama dua minggu. Selama itu pula, nelayan tidak berani melaut.
“Sudah dua mingggu yakni 18 Desember hingga 28 Desember 2015 tidak melaut, pendapatan keluarga jadi ikut terganggu,” kata Dominggus sambil menunjukan perahunya yang berukuran 8 meter 60 centimeter.
Efek dari cuaca buruk yang terjadi belakangan ini juga mengakibatkan harga ikan mengalami kenaikan signifikan. Harga ikan yang mahal membuat pembeli enggan berbelanja ikan hasil tangkapan nelayan.
“Ikan yang biasanya dijual Rp 10 ribu – Rp 15 ribu per ekor, saat ini harganya bisa sampai Rp 20 ribu per ekor,” kata Selvi, salah seorang pedagang ikan di jalan Pabean, Ba’a.
zak