KORANJURI.COM – Untuk kesekian kalinya Ayodya Resort Bali menyelenggarakan rangkaian parade fashion show dan pameran batik yang dikemas dalam gelaran ‘Ayodya Batik Festival 2018’ selama tiga hari, 26-28 Oktober 2018.
Ast Director of Marcom Ayodya Resort Bali, Dady Primady Muljadi, menjelaskan, dalam festival tersebut ditampilkan sejumlah hasil karya batik terbaik yang diproduksi di Solo, Yogyakarta, dan Bali. Di saat yang bersamaan juga dihelat pameran batik yang dibuka untuk umum mulai pagi hingga malam hari.
“Acar dibuka Jumat (26/10) malam oleh perancang busana ternama, Tjok Abi dengan momen teaterikalnya yang tersohor dan pemilik Ayodya Resort Bali, Nurlaika Soetowo sedangkan Sabtu (27/10) dan Minggu (28/10) diselenggarakan jamuan makan malam dan peragaan busana yang menampilkan karya Afif Shakur, Dwi Iskandar, Uluwatu, dan Kekean Wastra Galeri,” ujar Dady Primady Muljadi.
Ayodya sebagai hotel bintang lima ingin mendedikasikan kepeduliannya terhadap batik sebagai warisan budaya Nusantara.
“Pada jamuan makan malam di hari kedua, diiringi musik Gus Tedja serta Diana Rosa and Band. Puncak acara di hari ketiga akan dimeriahkan dengan peragaan busana sekaligus mempresentasikan tradisi dari batik yang menampilkan Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Wilayah Denpasar, juga karya beberapa desainer berbakat seperti Jro Puspa, Mila Clothing, dan Riesna Dewi,” kata Dady.
Destival digelar untuk memperkenalkan budaya tradisional batik ke kancah dunia internasional. Diselingi aneka lomba, seperti lomba mewarnai tingkat SD dan lomba fashion design.
“Kami ingin merancang konsep acara ini lebih meriah dan semarak dibandingkan tahun sebelumnya dan ingin mengajak anak muda lebih mencintai produk Nusantara seperti batik,” terang Dewa Nugi, koreografe.
Batik khas Indonesia banyak ditemui di sejumlah kota besar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tahun 2009, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) yang didirikan pada 1945, menggarisbawahi fakta ini dengan mendeklaresasikan batik sebagai ‘Masterpiece of Oran and Intangible Heritage of Humanity’. (ari)