KORANJURI.COM – Kabupaten Jembrana, Bali, terus berupaya melakukan recovery ekonomi pasca pandemi dan isu perang Rusia-Ukraina yang mempengaruhi kondisi perekonomian global.
Kabupaten Jembrana merupakan wilayah dengan Non Indeks Konsumen (NIK) yang tidak dihitung angka inflasinya. Namun, sejumlah persoalan mempengaruhi harga kebutuhan bahan pokok karena gangguan produksi.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan, inflasi yang terjadi di Kabupaten ujung Barat Pulau Bali itu, tidak sampai mengganggu ekonomi riil di masyarakat. Namun, pihaknya mengaku akan tetap mengupayakan stabilisasi harga pokok.
“Astungkara sampai saat ini berjalan baik. Kamu juga membangun Perumda di bidang pangan, ini sesuai saran Bank Indonesia,” kata Nengah Tamba saat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama Bank Indonesia Bali, Rabu, 20 Juli 2022.
Menurut Tamba, perkembangan sektor UMKM di Kabupaten Jembrana menunjukkan pertumbuhan positif. Pihaknya mentargetkan tahun 2026 menjadi era emas dengan UMKM menjadi penggerak ekonomi kerakyatan.
Kabupaten Jembrana saat ini juga tengah mengembangkan Pusat Oleh-oleh khas Bumi Mekepung di areal seluas 40 are yang berlokasi di pusat kota Jembrana. Bangunan yang menelan anggaran Rp 16 miliar itu berfungsi untuk menampung produksi UMKM.
“Awal Desember akan kita launching dan dapat menampung produk UMKM Jembrana, ini akan menumbuhkan ekonomi berbasis kerakyatan,” jelas Nengah Tamba.
Dalam HLM TPID Kabupaten Jembrana itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Bali Gusti Agung Diah Utari, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan 1 tahun 2022 sebesar 1,46%.
Utari mengatakan, perlu ada peningkatan awareness, mengingat hingga Juni 2022, inflasi kumulatif Bali melampaui rentang target Inflasi nasional sebesar 4,2%. Faktor eksternal seperti, krisis geopolitik, kebijakan proteksi pangan dan kebijakan covid-19 ikut mempengaruhi inflasi tingkat regional, nasional dan global.
Dalam kondisi seperti sekarang, Bank Indonesia memberikan sejumlah rekomendasi untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Rekomendasi itu meliputi, operasi pasar murah. Terutama, dilakukan di pasar untuk memberikan syok terapi para pedagang yang menjual dengan harga tinggi.
“Operasi pasar juga untuk memetakan data suplai dan kebutuhan sehingga bisa mengantisipasi gap dan bisa ditutupi dengan kerjasama antar daerah,” jelas Gusti Agung Diah Utari. (Way)