Tagana, Relawan Garda Terdepan Minim Perhatian Pemerintah

oleh
Petugas Tagana saat melakukan pendistribusian makanan ke depan kamar PMI yang dikarantina di Suly Resort and Spa, Mas, Ubud, Senin (25/5/2020) - foto: Catur/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Tidak kenal waktu, siang dan malam ikut serta dalam penanganan pencegahan penyebaran Covid-19. Taruna Siaga Bencana (TAGANA), minim perhatian dari Pemerintah.

Seperti di Kabupaten Gianyar misalnya, Tagana bahkan harus berkontak secara langsung dalam pendistribusian makanan kepada PMI di tempat karantina.

Seperti terlihat di tempat karantina PMI di Suly Resort and Spa, Mas, Ubud, Senin (25/5/2020). Terlihat para petugas Tagana sedang melakukan pendistribusian makanan dari Dinas Sosial Kabupaten Gianyar kepada para PMI yang dikarantina di Suly Resort and Spa.

“Khususnya dalam kasus covid-19 ini kami telah berjaga dan membantu mempersiapakan segala kebutuhan PMI dari dua bulan lebih,” Ujar I Kadek Dwi Puspa Oktaviana, kordinator relawan Tagana Kabupaten Gianyar.

Diungkapkan bahwa dirinya beserta para petugas Tagana lainnya tidak menuntut terlaku banyak kepada Pemerintah.

Mereka mengaku ikhlas menjadi relawan saat pandemik Covid-19 ini, hanya saja mereka mengatakan bahwa juga memiliki keluarga yang harus makan.

“Namanya juga relawan, tentu kami tidak digaji, namun dalam situasi semua terdampak kami meminta ada sedikit sentuhan dari pemerintah,” katanya.

Untuk di Kabupaten Gianyar, relawan Tagana ini melakukan penyiapan sampai dengan pendistribusian makanan kepada PMI yang dikarantina di sejumlah tempat.

Bahkan, tidak jarang mereka harus mengankut barang-barang milik PMI yang dititipkan oleh keluarganya.

“Tidak hanya itu saja, kami juga ditugaskan untuk membangun dapur umum dan memasak untuk warga atau PMI yang dikarantina seperti di Bedulu,” ujarnya.

Bahkan, dikatakan oleh Oktaviana bahwa para petugas dari Tagana harus berjaga bergantian setiap harinya.

“Kami menghantarkan makanan langsung kedepan kamar yang ditempati oleh PMI yang dikarantina, sebanyak 62 petugas secara bergantian menggunakan sistem piket,” ucapnya.

Ia menekankan, jika situasi masih stabil, sektor pariwisata masih berjalan, dan even-even masih ada, kami sebagai relawan sangat bersenang hati untuk membantu. Bahkan kami mengeluarkan dana pribadi untuk ikut membantu.

Seperti halnya ketika membantu warga terdampak erupsi Gunung Agung.

“Anggota yang tergabung banyak yang bekerja di sektor informal, namun sekarang tidak banyak pilihan yang mereka bisa lakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga,” ungkapnya, mewakili para relawan.

Saat ini, Tagana sendiri dibawah naungan Dinas Sosial.

“Kami berharap perhatian dari pemerintah, walau tidak banyak namun setidaknya cukup untuk menghidupi keluarga kami,” harapnya. (ning)

KORANJURI.com di Google News