KORANJURI.COM – SMPN 13 Purworejo, mengadakan kegiatan Workshop Asesmen Kurikulum Merdeka, yang dilaksanakan selama dua hari, dari Rabu (05/10/2022) hingga Kamis (06/10/2022). Menghadirkan narasumber Pengawas Dabin Drs. Kukuh Ujiyanto, M.Pd., workshop diikuti oleh semua guru.
Menurut Kukuh, inti dari diadakannya workshop atau IHT, agar guru selalu meningkatkan kompetensinya. Apalagi untuk pelaksanaan Kurikulum Merdeka ini, guru harus selalu belajar dan terus belajar baik lewat media platform merdeka mengajar atau secara luring, seperti pelaksanaan IHT ini.
“Supaya guru memahami rohnya Kurikulum Merdeka, kemudian bisa melaksanakan pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum Merdeka dan juga bisa melakukan asesmen dengan baik. Karena Kurikulum itu antara asesmen dengan perencanaan harus sinkron,” ujar Kukuh, di sela kegiatan.
Kepala SMPN 13 Purworejo, Achmad Yulianto, S.Pd., menambahkan, workshop tersebut diadakan sebagai usaha sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru, khususnya untuk penguatan pembelajaran kurikulum merdeka, yaitu tentang asesmen, karena ini harus dikerjakan baik itu formatif maupun sumatif
“Harapannya, guru bisa lebih cakap dan lebih mantap untuk memberikan asesmen dengan benar,” kata Yulianto.
Sarjono, M.Pd., selaku Waka Kurikulum menyampaikan, Workshop Asesmen Kurikulum Merdeka tersebut diadakan terkait dengan penilaian-penilaian tentang kegiatan, baik itu kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan projek pada Kurikulum Merdeka
Guru, kata Sarjono, diberikan pemahaman tentang asesmen ini. Karena penilaian kurikulum 13 agak berbeda dengan asesmen Kurikulum Merdeka saat ini. Sekarang siswa diajak untuk aktif. Jadi penilaian-penilaiannya berbeda, bisa memakai angka atau diskripsi, seperti belum berkembang, berkembang sesuai harapan dan sebagainya.
“Ini untuk pendalaman penilaian, karena ada penilaian kaitannya dengan projek dan KBM. Karena raportnya berbeda, antara raport kegiatan projek dengan raport kegiatan intrakurikuler,” ungkap Sarjono.
Diharapkan oleh Sarjono, dengan workshop bapak ibu guru bisa lebih familiar dengan sistim penilaian di Kurikulum Merdeka karena memang selama ini hanya belajar secara online, sehingga mungkin pemahaman antara yang atau dengan yangvlain bisa beda.
“Kegiatan ini untuk menyamakan persepsi tentang asesmen Kurikulum Merdeka,” pungkas Sarjono. (Jon)
Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS