KORANJURI.COM – Perekonomian Bali sangat terpuruk akibat pandemi Coronavirus Disease 2019 (2019). Karena dampak wabah ini, Bali sebagai destinasi dunia sepi pengunjung. Padahal hampir 80 persen masyarakatnya menggantungkan hidup dari sektor pariwisata. Para pekerja pariwisata inipun kini harus ‘mengencangkan ikat pinggang’ untuk sekadar bertahan hidup. Mereka ‘banting stir’ beralih profesi, baik jadi pedagang, hingga petani.
Pemerintah pun mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memutus penyebaran virus corona ini. Salah satunya mewajibkan seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) dan juga Warga Negara Asing (WNA) masuk Bali terbebas virus corona berbasis rapid tes untuk pelaku perjalanan domestik melalui pelabuhan, dan Swab untuk perjalanan melalui pintu masuk Bandara Ngurah Rai.
Praktisi pariwisata, Gede Ngurah Ambara Putra menilai, kebijakan tersebut kurang berpihak terhadap Bali yang merupakan destinasi pariwisata dunia dengan mengusung tagline pariwisata budaya. Dia menilai, kebijakan administrasi ini memperlambat pemulihan ekonomi Bali yang anjlok sejak delapan bulan lalu akibat mewabahnya virus ini.
“Seperti di daerah lain di Indonesia, jadi rapid tes dan Swab seharusnya dibebaskan. Jika mereka yang datang ternyata positif, maka Denpasar atau Bali pada umumnya telah menyediakan kamar khusus untuk karantina mereka, sehingga mereka berani datang ke Bali khususnya Denpasar. Jadi Swab harus digratiskan untuk menarik mereka datang ke Bali,” ujar Ngurah Ambara saat blusukan di Pasar Padangsambian, Denpasar, Jumat (6/11).
Ngurah Ambara yang juga Calon Walikota Denpasar nomor urut 2 (Paslon Amerta) ini pun yakin, wisatawan yang datang pasti negatif. Karena, jika positif maka telah terdeteksi dan dirawat di daerah atau di negaranya masing-masing. Namun jika kemungkinan terpapar di Bali, maka telah ada tempat bagi mereka. “Jadi jika dia datang dan ternyata sakit, maka kita telah memiliki rumah sakit dan juga tempat karantina yang sudah berstandar internasional untuk menampung para wisatawan ini,” tuturnya.
Terkait biaya jika wisatawan tersebut terpapar positif, Ngurah Ambara mengatakan bahwa tidak hanya mengandalkan dari pemerintah saja. Akan tetapi menggandeng pihak swasta. “Jadi jangan mengandalkan pemerintah, tetapi juga pihak swasta. Karena jika mengandalkan APBD itu sangat sulit, sehingga pembangunan Kota Denpasar yang merupakan kota bertaraf internasional ini ke depan adalah mengandeng seluruh stakeholder yang ada,” bebernya.
Sementara itu, praktisi pariwisata Made Bagus Kertha Negara mengungkapkan bahwa pihaknya telah memiliki pasar wisatawan, yakni wisatawan Tiongkok yang siap didatangkan untuk berlibur di Bali. “Saya telah memiliki 100 ribu tamu yang selama ini telah bersama kami, karena saya kebetulan pemilik hotel di Ungasan. Mereka, mau stay di Bali dengan waktu yang cukup lama,” ungkap Kertha Negara yang juga calon Wakil Walikota Denpasar ini.
Menurut dia, wisatawan ini akan tinggal dengan jangka waktu panjang, yakni enam bulan sampai dengan satu tahun. “Jadi mereka di negaranya mengeluarkan biaya hidup lebih dari Rp 50 juta per bulan per orang. Namun jika mereka tinggal di Bali, maka mereka bisa menekan biaya hanya Rp 25 juta per bulan. Itu alasan mereka inggin tinggal di Bali,” tuturnya.
Dikatakannya, wisatawan asal Tirai Bambu inipun tidak mau tinggal di hotel. Akan tetapi, lanjut dia, memilih tinggal di rumah-rumah penduduk. “Karena jika di hotel, wisatawan ini khawatir, mengingat kebanyakan menggunakan AC central sehingga berpotensi menularkan virus. Jadi mereka lebih memilih tinggal di rumah masyarakat,” tandasnya.
Pria yang akrab disapa Sting ini pun menambahkan, masyarakat akan sangat diuntungkan jika wisatawan ini tinggal di rumah-rumah penduduk. Karena akan mampu mendongkrak perekonomian masyarakat. “Kita akan bentuk desa wisata, dan dikelola oleh desa adat. Jadi, rumah-rumah penduduk yang layak dan telah mengantongi sertifikasi inilah sebagai tempat tinggal para wisatawan ini,” pungkasnya.
Untuk diketahui, perkembangan kasus Covid-19 di Provinsi Bali telah menunjukkan trend kesembuhan yang meningkat drastis. Dari catatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali per Jumat (6/11) kemarin, jumlah kasus secara kumulatif yakni terkonfirmasi positif 12.113 orang, sembuh 11.107 orang, dan meninggal nunia 399 orang. Sedangkan kasus aktif atau pasien dalam perawatan, tersisa hanya 607 orang, yang tersebar dalam perawatan di 17 RS rujukan, dan dikarantina di Bapelkesmas, UPT Nyitdah, Wisma Bima dan BPK Pering. (*)