KORANJURI.COM – Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menyebut, jaringan mafia sepak bola yang melakukan match fixing atau pengaturan skor telah menggurita. Pelakunya di segala lini dan tingkatan.
“Bukan hanya di Liga 2 atau 3, bahkan sampai Piala Suratin U-19, artinya merupakan gurita yang sangat luar biasa. Match fixing itu kayak narkoba,” ujarnya.
Salah satu pihak yang berperan dalam pengaturan skor ialah bandar judi. Akmal mengaku pernah melakukan penyadapan bersama aparat berwenang terhadap aksi pengaturan skor yang hasilnya benar-benar sesuai dengan permintaan bandar judi.
Ia berharap Satgas bisa konsisten dan komitmen menjalankan tugasnya. Karena dengan cara itu persoalan mafia sepak bola diyakini bisa teratasi.
“Kita serahkan Kapolri penuntasannya semua, saya sependapat sama dengan teman-teman ini harus dibongkar, mafia bola harus ditangkap. Kita bantu Spanyol memberantas mafia bola, Spanyol bisa masa Indonesia enggak bisa?” tuturnya.
Sementara Ketua Forum Diskusi Suporter Indonesia Helmi Atmadja mengatakan, kelompok suporter juga mendukung upaya Satgas memberangus mafia sepak bola.
“Beberapa minggu ke depan kelompok suporter akan ke Mabes Polri untuk menyatakan dukungan langsung. Suporter siap untuk mendukung, kalau masalah mafia bola kita percaya kinerja kepolisian. Karena menangkapi teroris saja bisa, apalagi ini mafia bola,” kata dia.
Hanya saja, kata Helmi, tantangan terbesar menuntaskan perkara ini ialah opini publik. Menurut dia, ada pihak-pihak yang menggiring opini publik jika pengusutan kasus pengaturan skor membahayakan penyelenggaraan sepak bola Indonesia. Ia khawatir pihak tersebut ‘membisiki’ Satgas.
“Saya takutnya ada pihak-pihak yang seperti menakuti-nakuti, karena terus terang sekarang sudah jadi tersangka yang dipenjara atau belum aktor-aktor mereka itu. Ya kekhawatiran digiring ke situ, ‘Masyarakat jangan-jangan jadi enggak ada hiburan (kalau mafia sepak bola diungkap)’. Saya lebih memilih bersihkan semua, ini momentum, kapan lagi seperti ini,” tuturnya demikian.
Sementara, wartawan olahraga Kesit B Handoyo, meminta Satgas tak ragu membereskan permasalahan persepakbolaan Indonesia ini. Penegak hukum diharapkan tak takut
Pengalamannya, dahulu dunia sepak bola Indonesia pernah juga diguncang kasus serupa yang melibatkan hampir seluruh komponen wasit. Kasus ini pun sempat ditangani kepolisian, namun ia menilai penuntasannya tak jelas.
Maka dari itu pengurus pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ini, menginginkan kepolisian lebih komitmen dan konsisten dalam menjalankan tugasnya kali ini.
“Kepolisian jangan takut menuntaskan persoalan ini. Jika dibilang ‘Upaya pemberantasan mafia sepak bola ini menganggu sepak bola Indonesia atau akan ada sanksi dari FIFA’ saya jamin tidak ada,” tegasnya.
Satgas Antimafia Bola Polri Kombes Pol Edi Ciptianto, mengungkapkan, sejauh ini ada lima laporan terkait mafia sepak bola yang ditindaklanjuti pihaknya.
Dari kasus tersebut, 16 orang telah dijadikan tersangka, 6 di antaranya ditahan. Tersangka dalam persoalan ini masih dimungkinkan bertambah.
“Ada perkara dari laporan dari Banjarnegara, dalam waktu dekat sudah dilimpahkan ke kejaksaan. Satu lagi sedang kita sidik, ada satu perkara di Bareskrim kita fokus menyelidiki,” paparnya.
Edi menegaskan Satgas total serta tuntas menjalankan tanggungjawabnya, dan tak terganggu dengan peran Polri sebagaimana mestinya. Pihaknya berharap masyarakat terus percaya kepada Satgas.
“Sejak awal Satgas dibentuk Kapolri, kita memang diperintahkan tegak lurus, tidak terpengaruh dengan intervensi. Istilahnya kita harus merah-putih, ketua, tim, semua sampai sekretaris tegak-lurus. Sampai satu pintu (pernyataannya) dari Humas Polda Metro Jaya, kita semua diatur sedemikian rupa. Yakinlah bahwa Satgas Antimafia Sepak Bola tidak masuk angin,” tandas Edi.
Persoalan mafia bola dibahas dalam diskusi rutin Pojok Semanggi bertema ‘Libas Habis Mafia Bola’ yang digelar Forum Wartawan Polri (FWP) bersama Bidang Humas Polda Metro Jaya di Balai Wartawan Polda Metro Jaya, Jumat (15/3/2019). (Bob)