KORANJURI.COM – Diantara 22 karya rupa yang dipamerkan di Santrian Gallery Sanur terdapat karya lukisan yang sedikit berbeda dengan karya lukis lain. Lukisan itu dibuat oleh Faizin, seorang perupa asal Banyuwangi yang disebut sebagai pelukis otodidak.
Pameran Seni Rupa itu diberi judul ‘Connectedness’ atau keterhubungan yang berlangsung 10 Mei-21 Juni 2019. Wayan Seriyoga Parta, seorang kurator dalam pameran itu mengatakan, karya Faizin menjadi sangat unik karena menampilkan obyek-obyek lucu yang banyak mengekplorasi kehidupan sehari-hari dari masyarakat pesisir.
“Ada yang mengatakan, lukisan Faizin agak karikatural, komik, gitu ya. Namun yang membuat saya tertarik menampilkan Faizin, karena dia berkarya di Jatim, di Banyuwangi,” jelas pria yang akrab disapa Yoga, Rabu, 8 Mei 2019.
Komposisi warna yang digunakan pelukis asal Banyuwangi itu, dinilai Yoga juga lebih moderen dibandingkan karya lukisan kontemporer yang ada saat ini. Yoga mengatakan, komposisi warna lukisan karya Faizin mengingatkan pada karya Hendra Gunawan, seorang pelukis asal Bandung yang juga dikenal sebagai pematung.
Menariknya lagi, Faizin merupakan pelukis otodidak dan menjadi pelukis muda yang secara intensif menghasilkan karya-karya lukisan. Bahkan Hendra sendiri merasa terkejut, ketika mendapati lukisan karya perupa asal Banyuwangi.
“Saya kaget juga setelah tahu dia tinggal di Banyuwangi. Padahal itu lokasi yang sangat dekat dengan Bali. Di Pasuruan ada juga teman kita yang secara intens melukis,” kata Yoga.
Sebut saja lukisan karya Faizin berjudul ‘Tergoda’ dan ‘Panen Ikan’. Kedua karya itu seolah bercerita tentang kehidupan masyarakat pesisir yang mengandalkan ekonominya dari nelayan. Kedua karya itu ditampilkan dalam subyek karikatural.
Perupa yang mengikuti pameran itu antara lain, Ketut Suwidiarta (Bali), Ni Nyoman Sani (Bali), I Wayan Wirawan (Bali, Isa Ansori (Batu Malang), Suwandi Waeng (Batu Malang), Hery Catur Prasetya (Batu Malang, Imanulah Nur Amala (Batu Malang), Faizin (Banyuwangi), A H. Rimba (Makassar) dan Akhmad Noor (Banjarmasin).
Connectedness, menurut Yoga, beranjak dari pemikiran sederhana yakni, niatan untuk menghubungkan berbagai praksis seni rupa dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Itu membuat kami tergerak untuk lebih intens mengangkat makna dari sebuah keterhubungan,” ujar Yoga. (Way)