14 Perupa Perempuan Unjuk Karya di Art Center Denpasar

oleh
Sebanyak 14 orang seniman dari Perupa Perempuan Bali (PPB) menggelar pameran seni rupa <i>'Luwih Utamaning Luh'</i> yang akan memamerkan 36 karya seni mulai Rabu, 31 Mei - 4 Juni 2017 di Gedung Kriya, Taman Budaya Bali, Denpasar - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sebanyak 14 orang seniman dari Perupa Perempuan Bali (PPB) menggelar pameran seni rupa ‘Luwih Utamaning Luh’ yang akan memamerkan 36 karya seni mulai Rabu, 31 Mei – 4 Juni 2017) di Gedung Kriya, Taman Budaya Bali, Denpasar.

“Tema yang kita angkat ini, memiliki arti dan bertujuan untuk memuliakan wanita dan ini merupakan pameran menarik dari sisi guest tour,” kata Kurator, Made Bakti Wiayasa, di Mangsi Coffee, Renon, Denpasar. Senin (29/5) kemarin.

Perkembangan seni rupa di Bali utamanya perupa perempuan, lanjutnya, saat ini belum sebanyak perupa laki-laki. Perempuan dan seni, tambahnya, adalah dua hal yang tidak terpisahkan.

“Perempuan dalam bahasa Bali-nya ‘Luh’, yang merupakan sumber/bibit. Maka bibit harus disemai dengan baik, selanjutnya dijaga, ditanam, dipupuk, disiangi, sehingga nantinya bibit ini tumbuh dan menghasilkan bibit yang baik pula,” ujarnya.

Sementara, Kasi Penyajian dan Pengembangan Seni UPT Taman Budaya Bali, Dewa Ayu Laksmi, mengatakan, pameran ini merupakan tonggak pertama sekaligus dedikasi untuk para perempuan bahwa UPT Taman Budaya Bali sangat menghormati perempuan.

“Kegiatan pameran seni rupa kali ini merupakan cikal bakal ‘panggung’ perempuan Bali. Dan ini tidak boleh berhenti sampai disini saja, harus berlanjut diluncurkan, bahkan berseri,” kata Laksmi seraya berharap pameran ini dapat menjadi wadah ekspresi perupa perempuan Bali dan secara rutin menjadi event tahunan.

Suryani, salah satu peserta pameran mengatakan, dirinya bukan berasal dari sekolah seni sehingga dalam melukis, awalnya dirinya tidak begitu sempurna dalam melukis bentuk tubuh. Namun karena kebiasaan, akhirnya hal tersebut bisa ia atasi.

“Saya melukis secara otodidak dengan melihat karya orang lain, serta dari berdiskusi dengan teman yang kemudian digabungkan dengan budaya, maka keluar imajinasi yang saya tuangkan dalam sebuah lukisan,” ungkap wanita asal Banyuwangi yang kini menetap di Dalung Permai Bali dan sudah mengelar pameran di berbagai negara.

Sedangkan peserta lainnya, Ni Luh Gde Vony Sri Partani yang juga mengawali melukis secara otodidak mengatakan, sebagai perempuan Bali, dirinya harus pintar mengatur waktu.

“Saya berusaha menyediakan waktu. Jadi setelah mengerjakan pekerjaan utama, baik bekerja ataupun mengurus keluarga, juga kegiatan adat di banjar atau segala macam, jadi saya meluangkan waktu dua jam sebelum tidur untuk berkarya. Dan bangun lebih pagi untuk melanjutkan karya saya. Jam lima saya bangun berkarya hingga jam tujuh,” pungkas wanita kelahiran Denpasar 1978 ini.
 
 
Way

KORANJURI.com di Google News