Sebelum Wafat PB XIII Siapkan Putra Mahkota

oleh
Suasana Keraton Kasunanan Surakarta pasca wafatnya Sinuhun Ingkang Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII, Minggu, 2 November 2025 - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sebelum wafat SISKS Pakoe Boewono XIII telah menyiapkan penerus tahta. Dalam peringatan Tingalan Jumenengan Dalem atau kenaikan tahta beberapa tahun lalu.

Sinuhun resmi menunjuk Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Purboyo sebagai putra mahkota bergelar kebangsawanan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibyo Raja Putra Narendra Mataram.

Dengan demikian, dipastikan KGPAA Hamangkunegoro akan melanjutkan tampuk kepemimpinan Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai SISKS Pakoe Boewono XIV, untuk meneruskan garis kebangsawanan dan tanggung jawab luhur terhadap kelestarian budaya Jawa.

Sinuhun Ingkang Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakoe Boewono XIII, Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat, mangkat dalam usia 77 tahun pada Minggu, 2 November 2025, sekitar pukul 07.29 WIB.

PB XIII sempat dirawat di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru karena sejumlah kondisi medis yang diidapnya selama ini.

Kepergian PB XIII menandai akhir dari satu babak penting dalam perjalanan panjang Kasunanan Surakarta. Sejak kabar duka tersiar, suasana di dalam tembok Karaton Surakarta Hadiningrat berubah hening.

Para abdi dalem dan pengageng karaton larut dalam kesedihan mendalam. Sementara, masyarakat berdatangan untuk menyampaikan bela sungkawa dan penghormatan terakhir.

Rencananya, jenazah Sinuhun Pakoe Boewono XIII akan disemayamkan terlebih dahulu di Masjid Pujosono Kagungan Dalem Karaton Surakarta Hadiningrat, tempat yang selama ini menjadi pusat spiritual dan peribadatan keluarga besar Kasunanan.

Bagi masyarakat Surakarta, SISKS Pakoe Boewono XIII adalah simbol keteguhan adat dan penjaga tradisi. Sekaligus, panutan moral di tengah perubahan zaman.

Dalam setiap sabda dan tindakannya, Raja Paku Buwono XIII selalu menekankan pentingnya tepa selira (tenggang rasa), ngajeni liyan (menghormati sesama), serta menjaga harmoni antara manusia, alam dan spiritualitas.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Mugi Gusti Allah paring pangapunten, paring pepadhang dalanipun, lan ngasta rohipun Sinuhun wonten pangayomaning rahmat.”. (Djk/Way)

No More Posts Available.

No more pages to load.