KORANJURI.COM – Pertumbuhan Bali triwulan III 2025 sebesar 5,88% yoyatau lebih tinggi dari nasional 5,04% yoy. Namun, kondisi pertumbuhan yang tinggi itu bukan berarti dalam posisi aman.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali Yusuf Wicaksono mengatakan, dua tantangan masih dihadapi dan perlu diwaspadai.
Dikatakan Yusuf, kondisi ekonomi yang membaik juga harus dinikmati masyarakat secara merata. Selain itu, tantangan yang lain adalah menjaga harga barang tidak naik di tengah pertumbuhan ekonomi di Bali.
“Kalau harga barang tetap stabil maka daya beli masyarakat juga tetap bertahan,” kata Yusuf dalam acara Capacity Building Sobat Media BI Bali di Penjarakan, Buleleng, Kamis, 13 November 2025.
Yusuf menambahkan, pertumbuhan ekonomi Bali yang membaik harus diikuti oleh ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga yang terkait langsung dengan pertumbuhan ekonomi.
“Biasanya kalau orang beranggapan harga akan naik terutama saat hari besar keagamaan nasional, biasanya juga akan ada kenaikan,” kata Yusuf.
Konsumsi rumah tangga yang menjadi kontributor terbesar perekonomian Bali, tumbuh menguat sebesar 5,20% (yoy), dipengaruhi oleh pengeluaran transportasi, rekreasi dan budaya, serta penginapan dan hotel sejalan dengan aktivitas pariwisata yang meningkat.
Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 2,29% (yoy). Hal itu terjadi seiring peningkatan belanja pegawai serta belanja modal.
Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi Bali yang kuat didorong hampir di semua lapangan usaha (LU). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi tertinggi terdapat pada LU Akomodasi dan Makan Minum yang tumbuh sebesar 11% (yoy), didukung peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara sebesar 9,74%(yoy) dan 23,17% (yoy).
Berikutnya, LU Pertanian tumbuh 2% (yoy) didorong oleh produksi hortikultura semusim yaitu bawang merah, kentang, dan sawi putih, hortikultura tahunan yaitu jeruk dan pisang, dan peternakan yaitu telur ayam dan daging ayam. (Way)





