Mengenal Pura Tanah Kilap, Pura Unik di Pinggir Jalan Bypass Ngurah Rai

oleh
Seorang warga tengah bersembahyang di Pura Tanah Kilap Denpasar - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Pura Tanah Kilap berlokasi di jalan Baypass Ngurah Rai atau 300 meter sebelum patung Dewa Ruci Simpang Siur, Badung.

Pura ini punya tiga bagian tempat yang saling terpisah. Pura Utama terletak daerah Banjar Glogor Carik, Denpasar dan dibangun secara permanen. Kemudian, di bagian tengah posisinya berada di pinggir jalan Bypass Ngurah Rai yang merupakan bangunan berisi satu pelinggih saja.

Bangunan ketiga berada cukup jauh berdekatan dengan rumah Kongcow Dwipayana atau juga biasa disebut dengan Klenteng Tanah Kilap.

Salah satu pemangku Pura Tanah Kilap Ni Made Rasmi menjelaskan, pura di bagian tengah yang berada di pinggir jalan Bypass Ngurah Rai itu tidak boleh direhab secara permanen.

“Ibaratnya disini berandanya. Jadi semua orang bisa singgah kemari tanpa harus mengenakan pakaian khusus seperti ketika masuk pura. Siapapun yang lewat bisa singgah ngaturayang sambil berdoa untuk keselamatan dan lainnya,” jelas Ni Made Rasmi.

Menurutnya, orang yang singgah di pelinggih di pinggir jalan raya itu umumnya, sopir, pekerja swalayan, sampai pemancing yang ingin mendapatkan hasil melimpah saat mencari ikan.

Tak jarang juga, warga dari luar Bali kerap singgah di pura tersebut demi terkabulnya suatu permohonan.

Seperti diketahui, selain berada persis di pinggir jalan raya yang padat lalu lintas, Pura Tanah Kilap juga berlokasi di pinggir jembatan.

“Jadi, bukan cuma kalau siang saja ramainya, malam hari pun juga padat pesembahyang. Saya tetap bertugas melayani mereka yang datang kemari dengan niat baik,” ujarnya.

Meski berada di pinggir jalan raya, namun kesakralan pelinggih di Pura Tanah Kilap itu tidak hilang sampai sekarang, yang merupakan pelinggih Ratu Niang Sakti yang menjaga alam sekitar dari segala bencana.

Pura Tanah Kilap secara resmi berdiri sekitar tahun 1962. Diceritakan, pada sekitar waktu itu Dinas PU Kabupaten Badung berencana membangun jembatan di sebelah barat lokasi pura.

Dalam pengerjaannya, pembangunan jembatan tersebut selalu gagal. Ada saja hambatan yang dihadapi. Suatu ketika, ada fenomena gaib dengan munculnya sosok wanita tua di hadapan Kabag Bendungan Dinas PU saat itu.

“Sosok itu meminta agar dibuatkan ‘rumah’. Jika tidak dibuatkan, sampai kapan pun jembatan tersebut tidak akan jadi,” jelas Ni Made Rasmi.

Tanahnya Menyala

Sampai saat ini, bentuk pura dan pelinggih Pura Tanah Kilap itu tidak berubah. Meski banyak orang yang memberikan donasi, namun pelinggihnya tetap tidak berubah atau tidak ada renovasi.

Menurut Rasmi, pelinggih Ratu Niang Sakti memang tidak boleh dirubah oleh apapun. Kalau ada sumbangan masuk, keperluannya untuk memugar bangunan di dua tempat lainnya.

Selain itu, lokasinya yang berada di pinggir jalan raya, juga tidak memungkinkan untuk memperluas bangunan.

Ni Made Rasmi mengatakan, nama Tanah Kilap sendiri merujuk pada cerita yang secara turun temurun diceritakan ulang. Ia mengatakan, ketika itu ada hujan petir dan tanpa diduga kilatnya menyambar sampai ke tanah.

Tanah yang tersambar petir itu menimbulkan cahaya yang berkilau terang.

“Kalau setahu saya memang begitu. Tapi secara pastinya saya tidak bisa merunut secara jelas, mana yang benar,” kata Ni Made Rasmi. (Way)