KORANJURI.COM – Kalau biasanya kunjungan reguler di Desa Terbersih Dunia versi UNESCO hanya 500 orang per hari, saat Hari Raya Galungan ini, jumlah wisatawan melonjak hingga 1.500 orang.
Angka kunjungan itu itu tercatat pada tengah hari saat Hari Raya Galungan, Rabu, 19 November 2025.
Kepala Pengelola Desa Wisata Penglipuran Wayan Sumiarsa mengatakan, sejumlah wisatawan asing dan domestik mengaku mendapatkan rekomendasi dari pencarian di Google dan media sosial.
“Kami sempat bertanya kepada beberapa wisatawan asing maupun domestik, mereka mendapatkan referensi dari browsing di Google sebagian melihat dari Tiktok dan medsos lainnya,” kata Sumiarsa, Rabu, 19 November 2025.
Sumiarsa menambahkan, bertepatan dengan Hari Raya Galungan, pengelola menambahkan kegiatan atraksi wisata seperti parade ngelawang.
Atraksi barong pertunjukan yang ditampilkan anak-anak itu menjadi magnet bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung berebut mencari spot foto terbaik untuk mengabadikan momen itu.
Puluhan penjor yang berjajar rapi di sepanjang jalan desa, menguatkan aura adanya perayaan penting untuk umat Hindu di Bali.
“Untuk Galungan dan Kuningan nanti, kami mengemas paket khusus untuk wisatawan, sifatnya privilege. Kami buka kunjungan mulai pukul 06.00 sampai 08.00 WITA,” jelas Sumiarsa.
Paket wisata khusus itu, memberikan kesempatan kepada wisatawan melihat langsung aktifitas masyarakat saat merayakan persembahyangan Galungan. Dimulai dari rumah hingga ke Pura Desa.
Harum semerbak dupa dan bunga serta sesajian yang dihaturkan dalam sembahyang, akan menjadi daya tarik tersendiri.
“Untuk paket khusus Galungan dan Kuningan ini, kebanyakan memang peminatnya wisatawan asing, meski kunjungan tetap didominasi wisatawan domestik,” jelasnya.
Sementara, Selebgram Hj. Agung Sinta asal Songgoriti, Batu, Malang, Jawa Timur, juga terlihat berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran.
Perempuan yang kerap membagikan pengetahuan filsafat budaya Kejawen itu mengatakan, dirinya menghormati momen Galungan yang merupakan Hari Raya penting bagi umat Hindu Bali.
“Kita harus menghormati, kita ini orang nusantara. Saya ini ibu Hajah tapi dengan Pak Wayan, Pak Ketut saya tetap harus Om Swastiastu,” ujar Agung Sinta.
Ia menambahkan, budaya harus tetap dijaga melalui cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat di lingkungan kebudayaan itu lahir dan tumbuh.
“Seperti budaya orang Bali ini, tidak boleh luntur sedikit pun. Mau orang Bali di mana pun, pasti mereka akan kondur, pulang ke sanggahnya masing-masing dan itu tidak ada di tempat lain,” kata Agung Sinta. (Way)
