KORANJURI.COM – SMK TI Kartika Cendekia Purworejo, menggelar Workshop Penguatan Karakter SMK Pusat Keunggulan, dengan peserta guru dan karyawan. Kegiatan yang berlangsung Kamis (09/09/2021) ini, dibuka secara resmi oleh Achmad Chamdani, SPd, MPd, Pengawas Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jateng.
Dalam workshop yang juga dihadiri Kepala SMK TI Kartika Cendekia, Agus Setya Ardiyanto, A.Md, Ketua Yayasan Kartika Puri, Fahmi Prihantoro, SS, SH, MA dan perwakilan DUDI ini, menghadirkan motivator dan praktisi SQ, Drs Pram Prasetya Achmad, MM.
Saat membuka workshop, Achmad Chamdani berharap, setelah mengikuti Diklat, para guru memiliki karakter yang bagus. Antara soft skill dan hard skill seimbang, sehingga bisa menjadi guru yang profesional, yang mana mempunyai kompetensi pegagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
“Yang intinya, kegiatan belajar mengajar bisa berlangsung dengan lancar, tertib. Karena guru memiliki karakter yang baik,” kata Achmad Chamdani.
Dalam kesempatan tersebut Achmad Chamdani menyampaikan ucapan selamat kepada SMK TI Kartika Cendekia, yang telah mendapatkan bantuan program Keunggulan. Hal itu merupakan penghormatan yang luar biasa.
“Semoga SMK TI Kartika Cendekia lebih maju dan berkembang,” ujar Achmad Chamdani.
Terpisah, Agus Setya Ardiyanto, A.Md, selaku Kepala SMK TI Kartika Cendekia Purworejo menyampaikan, setelah diberi penguatan karakter atau materi khusus, nanti guru dan karyawan akan menyampaikan kepada peserta didik atau siswa dan orangtua/wali siswa.
“Tujuannya, bahwa pada dasarnya, di SMK Pusat Keunggulan ada program penguatan profil pelajar Pancasila, dan budaya kerja,” kata Agus.
Penguatan karakter, menurut Agus, sangatlah penting. Selama 2 tahun PJJ atau daring dalam masa pandemi ini, karakter anak sedikit sudah ‘agak keluar’ dari rambu pendidikan.
Agus mencontohkan, anak bangun tidur langsung absensi dan mengikuti pelajaran, tanpa mandi atau gosok gigi. Itu karakter tidak untuk pendidikan. Pada saat siswa berkomunikasi dengan guru lewat daring, rasa atau kata-kata yang muncul, bahasa anak-anak bergaul, bukan lagi bahasa siswa kepada guru.
“Yang paling urgen, setelah anak lulus dari SMK dan masuk dunia industri (Iduka) atau dunia kerja, pasti akan merasakan efek dari PJJ ini, dimana anak secara skill tidak maksimal, secara karakter lebih tidak maksimal,” ungkap Agus.
Lewat program inilah, kata Agus, yang akan digulirkan, agar karakter anak lulusan SMK TI Kartika Cendekia menjadi lebih kuat, attitude atau sikapnya menjadi lebih baik.
“Untuk tahap awalnya secara intenal dulu. Nanti jika sudah level 2 atau 1, kita bisa tatap muka terbatas, kita tetap akan mengundang motivator Pram Prasetya Achmad, untuk bertemu dengan orangtua dan siswa,” jelas Agus.
Menurut Agus, guru, orangtua dan siswa jadi sasaran penguatan karakter ini, karena karakter anak, bukan semata tanggung jawab guru di sekolah, tapi orang tua juga mempunyai peranan penting di rumah.
“Tindak lanjut dari workshop ini, ada program yang kita coba konsepkan bersama Pak Pram. Penyusunan bagaimana alur atau cara penanganan anak-anak jika bermasalah, karakter di sekolah dan di rumah itu seperti apa,” pungkas Agus. (Jon)