Wayang Kulit Tampil Memukau Warga Prancis dengan Dalang Bule

oleh
Penampilan dalang Ki Christophe Moure dari Asosiasi Pantcha Indra membawakan lakon Wayang kulit 'Foret Wanamarta' atau Hutan Wanamarta di Konservatori Iannis Xenaki, Kota Evry, Prancis - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Belakangan, publik Indonesia diramaikan dengan perdebatan soal wayang kulit. Namun di Prancis, pertunjukkan Ringgit justru ditampilkan oleh dalang Ki Christophe Moure dari Asosiasi Pantcha Indra.

Pertunjukan wayang kulit yang didukung oleh KBRI Paris itu mengambil lakon ‘Foret Wanamarta’ atau Hutan Wanamarta.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Paris Warsito menceritakan, Ki Dalang Christophe Moure membuka pertunjukkannya dengan gending Rujak Jeruk.

“Logat dan gaya banyolan Ki Dalang Christophe Moure dalam Bahasa Prancis membius para penonton, tanpa terasa 90 menit pertunjukan cepat sekali,” kata Warsito.

Menurutnya, Ki Christophe sangat luwes mendalang dan memainkan Ringgit di tangannya. Ratusan penonton tampak memenuhi ruang pertunjukkan di Konservatori Iannis Xenaki, Kota Evry, Prancis, Rabu (16/2/2022)

“Ada lebih dari 175 orang penonton yang memenuhi ruangan pertunjukan dan sangat mengapresiasi penampilan dalang Ki Christophe Moure,” ungkap Warsito.

Ki Dalang Christophe juga mempersilahkan kepada penonton untuk melihat wayang kulit dari bayangan belakang layar. Dikatakan, pertunjukan wayang tersebut merupakan penutup rangkaian seminar sehari tentang epik dan musik yang diadakan di Universitas Evry.

Salah satu materi seminar adalah wayang kulit yang dipresentasikan oleh seorang etnomusikolog dari Inalco Paris, Kati Basset. Dalam presentasinya, Kati memaparkan berbagai jenis wayang yang ada di Indonesia, khususnya wayang Bali, wayang Jawa, dan wayang Cirebon.

Kota Evry sendiri merupakan bagian dari Kota Metropolitan Grand Paris yang terletak 35 kilometer sebelah selatan dari Paris. Duta Besar Republik Indonesia di Paris, Mohamad Oemar mengatakan, wayang dan gamelan merupakan warisan budaya tak benda Indonesia yang telah diakui UNESCO.

“Wayang (diakui) pada tahun 2008 dan gamelan pada Desember 2021 atau dua bulan lalu,” kata Oemar.

“Kita semua berharap pandemi Covid-19 cepat berlalu dan masyarakat Prancis dapat kembali mengunjungi Indonesia,” tambahnya. (Way)

KORANJURI.com di Google News