KORANJURI.COM – Univeristas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) membuka orientasi studi pengenalan kampus (Ospek) secara hybrid di Auditorium Redha Gunawan, Rabu, 15 September 2021.
Hanya beberapa mahasiswa baru yang mengikuti ospek secara offline, selebihnya dilakukan secara daring. Total mahasiswa baru UPMI tahun pelajaran 2021/2022 sebanyak 214 orang.
Untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan secara benar, pihak panitia menyediakan sarana protokol kesehatan. Mahasiswa baru yang mengikuti Ospek secara tatap muka diwajibkan tes antigen dan tuntas dua kali vaksinasi.
Rektor UPMI Dr. I Made Suarta mengatakan, ospek berlangsungdari tanggal 14-17 September 2021. Jumlah mahasiswa yang tergabung di UPMI tahun ini berasal dari Bali, NTT, Lampung, dan Papua.
“Ospek ini intinya adalah adaptasi pengenalan lingkungan kampus, sehingga tidak asing dengan situasi dan kondisi, kenal dengan sesama mahasiswa, termasuk para dosen,” ungkap Suarta di Kampus UPMI, Rabu (15/9).
Suarta juga mengungkapkan bahwa pandemi ini juga berdampak terhadap jumlah penerimaan mahasiswa baru. Yakni turun 40 persen dari tahun akademik sebelumnya, karena faktor ekonomi.
“Mereka kesulitan membayar karena orangtuanya dirumahkan. Padahal anak-anak berkeinginan kuliah,” jelasnya.
Menyikapi hal itu, pihaknya membuat kebijakan menurunkan biaya kuliah, sehingga misi UPMI yakni mencerdaskan kehidupan anak bangsa bisa berjalan. Dan itu, kata dia, direspon positif, sehingga terjadi peningkatan.
“Beasiswa juga kami tawarkan. Hanya saja persyaratannya yang cukup sulit, salah satunya harus memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP). Jika ingin merata, saya harap persyaratan mendapatkan beasiswa itu dipermudah. Apalagi syarat untuk mendapatkan beasiswa itu berbasis akreditasi,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan IKIP PGRI Bali, IGB Arthanegara menambahkan, ospek yang berlangsung hybrid ini lebih efisien.
“Mari kita ambil hikmahnya. Kalau dulu ospek penekanannya lebih ke arah masa perkenalan yang digembleng seniornya. Tapi kalau sekarang seperti disampaikan Ketua LLDIKTI yakni bagaimana mempersiapkan mahasiswa agar setelah lulus nanti siap bertanding, bersanding, dan bersaing,” ungkapnya.
Dia menambahkan, kehidupan kampus di UPMI sendiri multi cultural. Tidak membeda-bedakan suku, ras dan agama. “Ini sudah kami ciptakan di kampus kami. Terdapat beberapa perkumpulan non Hindu. Ini kami terapkan kepada mahasiswa maupun para dosennya dengan catatan tidak berpolitik praktis,” tegasnya.
Sebelumnya, Ketua LLDIKTI Wilayah VIII Prof. I Nengah Dasi Astawa juga memberikan wejangan kepada mahasiswa baru. Yakni menjadi anak didik yang sudah dewasa.
“Melanjutkan perkuliahan di UPMI adalah pilihan tepat. Karena, konsen terhadap mutu yang berbasis legalitas. Selain itu, UPMI juga telah membuktikan diri melahirkan alumni yang telag bekerja di berbagai sektor, sehingga menjelma menjadi favorit tidak hanya di Bali saja, melainkan di seluruh Indonesia,” kata Dasi Astawa. (Way)