KORANJURI.COM – Pengurus Pondok Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, membantah tudingan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang menyebutkan Pesantren Islam Al-Mukmin di Desa Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, menjadi salah satu pesantren yang diduga mengajarkan paham radikalisme bersama 19 pesantren lainnya di Indonesia.
“Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki terdaftar secara resmi di pemerintahan melalui Kementrian Agama dengan kurikulum dasar dari Kementerian Agama untuk jenjang MTS dan MA,” jelas Humas Ponpes Islam Al-Mukmin Ngruki, Ustad Hamim Sufyan di kantornya, 11 Februari 2016.
Menurut Hamim, lembaganya bersifat terbuka dan terlibat secara aktif dalam proses pencerdasan masyarakat, khususnya pengetahuan agama Islam dari baca Al Qur’an hingga pendalaman ilmu aqidah, fikih maupun akhlaq.
Dalam hubungan antar lembaga, Hamim menjelaskan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan institusi lain seperti MUI Kota/Kabupaten, lembaga pendidikan dan menjalin hubungan silaturahmi dengan lembaga Pemerintah seperti, Korem, Polda, Kodim maupun Polres.
“Setelah mencermati kontradiksi antara tudingan BNPT dengan kenyataan yang ada, maka tudingan tersebut sangat tidak benar,” terang Hamim Sufyan di depan wartawan.
Secara kelembagaan, Ponpes Al-Mukmin menyampaikan tadzkiroh atau peringatan kepada BNPT agar tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan hanya berdasarkan data sepihak. Apalagi tudingan tersebut dengan terang-terangan menunjuk nama lembaga.
“Tudingan negatif BNPT terhadap Ponpes Al-Mukmin, Ngruki dan pesantren lain justru akan menghadirkan opini umat Islam bahwa Pemerintah (BNPT) berupaya melakukan pembunuhan karakter atas lembaga pendidikan Islam di negeri ini,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution menyebutkan, ada 19 pesantren di Indonesia yang diduga mengajarkan paham radikalisme.
Sejauh ini, lanjut Saud, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap sejumlah pesantren tersebut. “Dari hasil profiling tim kami di lapangan, ada 19 pondok pesantren yang terindikasi mendukung radikalisme dan terorisme,” ujar Saud Usman, Selasa, 2 Februari 2016 lalu.
way/jud