KORANJURI.COM – Waduk Titab di Buleleng yang baru sebulan dilakukan impounding atau penggenangan, Sabtu (16/1/2016) lalu sempat menyemburkan air setinggi sekitar 30 meter melalui intake. Bersamaan dengan itu terdengar bunyi keras menyerupai ledakan sebanyak tiga kali. Disusul penutup beton pada intake yang hancur berkeping-keping.
Kondisi itu menurut Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA), I Putu Edi Purnawijaya adalah hal biasa. Dia juga mengakui ada suara keras yang muncul sebelum terjadi semburan air tapi itu bukan suara ledakan.
“Itu memang suara keras tapi bukan ledakan, beda kan. Itu suara udara yang keluar dari tower,” jelas Putu Edi, Rabu, 20 Januari 2016.
Munculnya suara itu dipicu oleh masuknya air dalam jumlah besar ke dalam intake sehingga menimbulkan tekanan. Sedangkan intake disitu berisi udara sehingga tidak dapat menerima daya tekan besar yang akhirnya menyebabkan air menyembur dengan dibarengi suara keras mirip ledakan.
“Pintu air intake sengaja dibuka biar mengalir ke Tukad Saba untuk kebutuhan irigasi di wilayah Seririt. Bersamaan dengan itu hujan cukup lebat yang langsung menggenangi tower dan air masuk. Udara yang bercampur dengan air itu menyebabkan tekanan,” ujar Putu Edi.
Putu Edi juga membantah terkait kabar yang beredar bahwa senderan waduk mengalami retak akibat suara yang menyerupai ledakan itu. Menurutnya, bendungan Titab didesain tahan dari air termasuk menerima tekanan gempa. Sehingga desain bangunan harus mampu bergerak secara fleksibel.
“Kalau dia massif pasti akan pecah karena ada sambungan-sambungan. sambungan itu namanya dilatasi yang terbuat dari karet. Jadi selalu aktif bergerak kalau ada tekanan. Jadi itu bukan retakan,” jelasnya.
Sebelumnya, pada Sabtu, 16 Januari 2016 lalu, warga yang berada di sekitar Waduk Titab di Desa Titab, Kecamatan Busungbiu dan Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Buleleng, Bali, mendengar suara keras yang disebut sebagai ledakan.
Karena penutup penampungan air hancur, maka air pun mengalir dengan deras ke aliran sungai di hulu bendungan. Kondisi itu membuat warga merasa resah. Terlebih lagi, senderan bendungan juga disebut-sebut mengalami keretakan menyebabkan warga semakin panik. Mereka khawatir air bendungan akan meluap dan menenggelamkan pemukiman warga.
way