Setelah Formatur Kepengurusan, Perjuangan Walisongo Indonesia Boyolali Segera Susul Deklarasi Pelantikan

oleh
Musyawarah pembentukan pengurus oleh para Kyai dan pengasuh Ponpes di Boyolali yang berlangsung di gedung Bumi Pertiwi Lor, Jambu Kulon, Mojosongo, Boyolali - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Setelah dideklarasikan di Pondok pesantren An-Nadwah Buntet Pesantren Cirebon pada tanggal 12 Safar 1445 Hijriyah atau tanggal 29 Agustus 2023, perkumpulan ormas Islam moderat Perjuangan Walisongo Indonesia atau yang disingkat PWI, kini mulai membentuk Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Di Boyolali, ratusan kyai dan pengasuh pondok pesantren secara resmi juga mendeklarasikan formatur kepengurusan PWI yang akan membentuk susunan Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang di 22 Kecamatan se Kabupaten Boyolali.

Hal itu di sampaikan oleh KRT. K.H. Joko Parwoto, S.T,. Al Hafidz selaku pengasuh Pondok Pesantren Ijazul Quran, Sawit, Boyolali, yang di tunjuk sebagai ketua tim formatur pada musyawarah di Gedung Bumi Pertiwi lor Jambukulon, Mojosongo, Boyolali. Kamis 23 Mei 2024.

“Setelah seluruh susunan pengurus terbentuk, dalam waktu dekat kami akan menggelar pelantikan,” ujar dia dalam keteranganya.

Dikatakan, selain pembentukan Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang, PWI Boyolali juga akan melengkapi sebelas lembaga yang ada dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga PWI diantaranya Divisi (Lembaga) Pakar dan Keilmuan, Pendidikan Dan Dakwah, Situs Dan Sejarah, Organisasi Dan Kaderisasi, Seni Dan Budaya, Pemberdayaan Ekonomi, Media Dan Informasi, Hubungan Masyarakat, Hukum, Pemberdayaan Perempuan dan Laskar Sabillilah.

Perjuangan Walisongo Indonesia sebut KH. Joko Parwoto, merupakan perkumpulan sosial keagamaan Islam yang mengakomodir kearifan lokal seni budaya dan ekonomi untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan identitas bangsa, serta untuk kemuliaan harkat martabat manusia.

Tujuan dibentuknya wadah perkumpulan ini adalah untuk melanjutkan ajaran Islam yang menganut faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagaimana dakwah Walisongo.

Untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang bermartabat, berkeadilan bagi kemaslahatan, kesejahteraan dan kerukunan umat manusia, serta terciptanya rahmat bagi semesta alam.

Sedangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Perkumpulan Perjuangan Walisongo Indonesia berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Diangkatnya kearifan lokal seni budaya ke dalam anggaran dasar, hal itu merupakan wujud kepedulian perkumpulan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai karakter dan jatidiri bangsa, sebagaimana yang pernah diajarkan dan ditinggalkan oleh para Walisongo.

Begitu banyak nilai kearifan dalam syiar diajarkan oleh Walisongo. Peran serta Walisongo yang membumikan Islam di Nusantara hingga bisa diterima oleh masyarakat luas, tentu bukan sebuah perjuangan yang mudah. Butuh waktu panjang dan strategi kearifan melalui seni budaya agar bisa diterima di Nusantara.

Nilai kearifan seni budaya yang pernah ditinggalkan tersebut tentu harus dijaga dan dirawat dengan baik.

Tak terkecuali, sejarah beserta peradaban yang ada di dalamnya seperti makam, obyek cagar budaya, seni budaya dan kearifan lokalnya. Jangan sampai peninggalan tersebut dijarah dan dirusak sejarahnya.

“Melalui wadah PWI kami siap menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa dengan tetap mengutamakan rasa persatuan dan kesatuan bangsa,” jelas KRT KH. Joko Parwoto, S.T., Al hafidz

Diharapkan ke depan, PWI Kabupaten Boyolali mampu memberikan kontribusi pada upaya pelestarian budaya dan kearifan, serta menumbuhkan kembali syiar seperti halnya yang pernah di lakukan oleh Walisongo

“Semua bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat, kemajuan identitas bangsa dan kemuliaan harkat martabat bangsa,” jelasnya. (JK)

KORANJURI.com di Google News