Rayakan Imlek Bersama Warga Tionghoa, Wagub Ingatkan Bali Pulau Toleransi



KORANJURI.COM – Bali bukan hanya terkenal dengan pulau wisata, namun sejumlah julukan juga disandang pulau Dewata. Budaya, seni tradisi yang jadi nafas kehidupan di Bali, jadi dasar masyarakat menerima perbedaan, bahkan yang paling mendasar, keyakinan dan budaya.
Sekali lagi, Bali menyandang julukan sebagai pulau toleransi.
Kebersamaan itu terlihat dari pembauran warga keturunan Tionghoa yang merayakan tradisi Imlek 2571/2020 di Gedung Budaya Giri Nata Mandala, Puspem, Badung pada Jumat (7/2) malam.
Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menghadiri dan menyambut malam Persaudaraan warga Tionghoa (INTI Bali) dengan keterbukaan.
“Acara ini sebagai momentum kesadaran kita untuk bersyukur dengan mengingat Bali sebagai pulau toleransi. Terlebih dengan adanya wabah virus corona, kita ingin membuktikan toleransi itu dalam menyikapi isu yang ada,” kata Cok Ace.
Perayaan Imlek menurutnya, sebagai akulturasi dan aktualisasi nilai-nilai kemanusiaan yang universal, serta kearifan lokal dan nilai keagamaan.
Tokoh pariwisata Bali ini mengajak, momen tersebut menjadi pondasi memperkokoh semangat kebersamaan dan saling menghargai dalam mewujudkan kedamaian dan keselarasan hidup bermasyarakat di Bali.
“Kita patut berbangga, kemajuan pembangunan dan tantangan perkembangan pariwisata internasional, heterogenitas di Bali mampu membangun kehidupan yang rukun selaras dan harmonis,” ujarnya.
Sementara, ketua INTI Bali Sudiarta Indrajaya mengungkapkan, serangkaian peristiwa besar juga pernah terjadi di Bali. Salah satunya adalah Bom Bali.
Namun menurut Sudiarta, Bali mampu bangkit kembali oleh semangat dan saling menguatkan satu sama lain.
Kita bangkit bersama dan bisa seperti saat ini lagi.
“Mari kita merawat kerukunan, dan tunjukkan cinta terhadap bangsa Indonesia. Seperti diketahui, Bali menjadi pulau toleransi,” kata Sudiarta.
Perayaan Imlek juga dihadiri seniman multitalenya Putri Koster. Ia membawakan sebuah puisi berjudul ‘Sumpah Kumbakarna’ karya Dhenok Kristianti. (Way)