KORANJURI.COM – Pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat, diusung PDIP, yang didukung partai Golkar, Hanura, dan Nasdem. Koalisi Cikeas, yang terdiri dari Partai Demokrat, PAN, PKB, dan PPP, mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Dan Anies Bawesdan-Sandiaga Uno, dicalonkan partai Gerindra dan PKS.
Jika warga Jakarta memilih pasangan Ahok-Djarot, maka Jakarta akan lebih baik, pembangunannya bisa maju, masalah alam terselesaikan cepat, tapi berdampak dan perlu pengorbanan di sana-sini.
Jika warga Jakarta memilih pasangan Agus-Sylviana, maka Jakarta akan apa adanya seperti sekarang (berusaha), pembangunan sedang, masalah alam akan tetap ada terus, tetapi situasi kondisi lebih tenang.
Jika warga Jakarta memilih Anies-Sandiaga, maka Jakarta akan bertahan, pembangunan mungkin lamban, masalah alam semakin banyak, dan situasi kondisi kembali rumit.
Dengan ilmu matematik metafisik, diprediksi, kalau dalam pilgub DKI Jakarta 15 Februari 2017 mendatang, perolehan suara Ahok-Djarot 34,76%, Anies-Sandiaga 29,89%, dan Agus-Sylviana 35,34%.
Prediksi tersebut, hasil otak-atik Ki Samar, seorang paranormal ahli matematik metafisik dari Purworejo, Jawa Tengah. Matematik metafisik sendiri, sebuah ilmu kuno warisan leluhur, perpaduan antara penghitungan ilmu Jawa dan Cina.
“Sebagai dasar hitungan, data-data harus lengkap. Keakuratan data, memunculkan hasil atau prosentase mendekati 100%,” ujar Ki Samar kepada Koranjuri.com.
Ada 22 macam sebagai dasar penghitungan. Namun kali ini, Ki Samar hanya menggunakan 14 dasar penghitungan, antara lain, nama daerah, tanggal pemilihan, tahun penyelenggaraan, partai pendukung, hari pendaftaran, arah pusat kekuasaan, hari pencoblosan, shio, serta masih banyak lagi.
Tanggal pelaksanaan pilgub tanggal 15 Februari 2017, shionya ayam logam api dan berweton Rebo Legi, yang artinya, alam halus menguasai manusia menuju gaib, dengan peringkat nilai 51. Sebuah nilai rejeki sangat rendah 15.03.
Ahok-Djarot Unggul