KORANJURI.COM – Kontestasi politik tidak seharusnya mengedepankan rivalitas semata. Namun antara paslon yang bertarung dalam Pilkada, perlu menjaga suasana damai dan menunjukkannya dalam aksi nyata.
Kesadaran berpolitik santun dan damai ini ditunjukkan oleh 2 pasangan calon yang bertanding menuju kursi Denpasar-1.
Kedua paslon yakni, paslon nomor urut 2 Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertanegara (AMERTA) dan Paslon nomor urut 1 I Gusti Ngurah Jaya negara-Kadek Agus Jaya Wibawa (Jaya-Wibawa), bertemu dalam suasana religius saat penampahan Hari Raya Kuningan Jumat (25/9/2020) di Pura Jagatnata Denpasar.
Pertemuan kedua paslon itu sekaligus untuk menggelar persembahyangan bersama dalam memohonkan doa agar Pilkada Kota Denpasar berjalan damai dan lancar.
Calon Walikota Denpasar nomor urut 2 Gede Ngurah Ambara Putra mengatakan, pada acara itu, pihaknya mengundang paslon Jaya-Wibawa untuk sama-sama membangun spirit dalam menciptakan Pilkada Denpasar yang aman, damai dan bermartabat.
“Kita undang paslon nomor urut 1 dan bersembahyang bersama di Pura Jagatnata pada penampahan Kuningan. Sebelumnya, pada penampahan Galungan, kita juga mendapatkan undangan oleh paslon nomor urut 1,” kata Ngurah Ambara Putra, Sabtu, 26 September 2020.
Ambara Putra mengatakan, Kota Denpasar menjadi ibukota Provinsi Bali yang harus menjadi barometer di segala bidang termasuk politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Ia bersama pasangan tandemnya Made Bagus Kertanegara, melihat, Kota Denpasar yang moderen tetap mempertahankan landasan 5P yakni, Pura, Purana, Puruhita, Para dan Puri.
Dalam konteks kekinian, Denpasar tetap unggul dalam modernisasi digital dengan tetap menjaga kebudayaan yang ada. Konsep Denpasar ‘Berseri, Smart City yang Berbudaya dan Berdaya Saing’ akan menjadi mesin penggerak kemajemukan yang ada di Ibukota Provinsi Bali itu.
“Dibutuhkan leadership untuk mewujudkan kemampuan daya saing. Jadi akan ada penajaman visi misi smart city yang adaptif dengan teknologi, kalau daya saingnya kuat, pasti bisa,” kata Ambara Putra.
Menurutnya, peningkatan PAD perlu diakselerasi dengan kesiapan digitalisasi yang telah ada. Berangkat dari kebudayaan yang ada, pemerintah kota Denpasar perlu membangkitkan potensi Desa Adat dalam berkontribusi terhadap PAD.
Ambara Putra menyebutkan, potensi celah pendapatan bisa dibangun dengan dengan melibatkan pihak swasta. Sedangkan pemerintah memberikan ruang untuk event-event tertentu yang memungkinkan mendatangkan pendapatan asli daerah.
“Karena PAD ini datangnya dari swasta, kita harus mengajak kerjasama, misalnya seperti event festival, pemerintah melalui Desa Adat bisa memberikan ruang untuk itu,” ujarnya. (Way)