Pesan Pluralisme di Hari Raya Nyepi

oleh
Ketua DPRD Bali, I Putu Parwata

KORANJURI.COM – Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu di Indonesia menjadi momen untuk melaksanakan Catur Brata penyepian yakni amati Geni, amati karya, amati Lelungan dan amati Lelanguan.

Dalam menjalani prosesi tradisi keagamaan itu, masyarakat yang bermukim di Pulau Dewata dibutuhkan rasa toleransi untuk menghormati tradisi sakral Nyepi.

Ketua DPRD Kabupaten Badung, Putu Parwata menjelaskan, Bali dapat dijadikan contoh pluralisme di Indonesia. Bali mayoritas Hindu. Namun pemeluk keyakinan dan agama lain juga banyak bermukim di Bali.

“Ini sangat penting ketika masing-masing pemeluk agama lain menghormati dan menghargai pelaksanaan Nyepi,” jelas Putu Parwata, Sabtu, 25 Maret 2017.

Tradisi keagamaan Nyepi dinilai politisi PDIP ini, memiliki daya tarik besar bagi wisatawan. Terutama pada saat prosesinya yang selalu diikuti dengan tradisi Melasti atau penyucian diri dan malam Pengerupukan dengan pawai ogoh-ogoh.

Nyepi menjadi tradisi tanpa aktifitas yang hanya ada di Bali. Menurut Putu Parwata, keunikannya akan menjadi cerita menarik bagi yang pernah merasakan situasi tanpa aktifitas apapun.

“Pesawat saja tidak boleh melintas, ini hanya terjadi di Bali, tidak di dunia lain. Ini bisa jadi cerita menarik,” jelas Putu Parwata.

Ia berharap toleransi yang sudah terbangun dipertahankan untuk menciptakan pluralisme masyarakat yang ada di Bali.
 
 
Way

KORANJURI.com di Google News