KORANJURI.COM – Sunar (59), warga Desa Sambeng RT.02 RW.05, Kecamatan Bayan kesal dan kecewa pada pelayanan RSUD Dr Tjitrowardojo Purworejo. Pasalnya, laki-laki ini ditolak pihak RS, saat dirinya sedang memeriksakan ayahnya, Amat Samuri (89) di poliklinik bedah RS milik pemerintah itu, Selasa (10/5).
Sunar kecewa, sejak pagi dirinya mengantri dengan nomor urut 130. Namun hingga pukul 11.30 siang, saat tiba giliran ayahnya diperiksa, bagian poliklinik bedah menolaknya lantaran jatah pasien untuk hari itu sudah habis karena hanya melayani 20 pasien.
Mendapat perlakuan seperti itu, Sunar sangatlah kecewa. Dia menyayangkan bagian pendaftaran, jika memang pasien dibatasi, kenapa tidak dijelaskan sejak awal, sehingga ayahnya yang sedang kesakitan itu tidak menunggu dari pagi hingga siang, tanpa ada solusi.
“Katanya dokter ortopedi mau seminar. Tapi kenapa tidak dijelaskan sejak awal, atau diarahkan kemana. Yang saya khawatirkan, kondisi ayah saya saat itu,” kata Sunar, pensiunan RS Sardjito Jogja itu mengungkapkan kekecewaannya.
Dijelaskan oleh Sunar bahwa ayahnya itu mengalami kecelakaan, hingga dirawat dan menjalani operasi di RSUD Dr Tjitrowardojo itu, dari tanggal 20 April-3 Mei, dengan menghabiskan biaya hingga Rp 25 juta.
Usai dirawat, pihak doker menyarankan agar seminggu setelah keluar dari RS melakukan kontrol di poliklinik bedah.
Mendapati keluhan pasien tersebut, Wakil Direktur Bidang Pelayanan, dr Juliance T. Purba saat dikonfirmasi menyatakan, jika keluhan pasien itu benar, maka hal itu merupakan keteledoran. Hal itu karena adanya miss komunikasi bagian pendaftaran.
“Seharusnya pasien bisa diarahkan ke bagian bedah umum. Dan biasanya, jika dokter yang bersangkutan tidak ada di tempat karena suatu hal, pasti pasien akan diarahkan kemana. Kami akan lakukan pembinaan, agar hal seperti ini tak terulang lagi,” jelas Julience, yang didampingi Kabid Pelayanan Medis, dr Eko Siswanto.
jon