Musda Muhammadiyah Bantul Soroti Isu Kerusakan Lingkungan

oleh
Musyawarah Daerah (Musda) ke-12 Muhammadiyah Bantul - foto: Lanjar Artama

KORANJURI.COM – Banyaknya tambang yang merusak lingkungan mengakibatkan rusaknya ekosistem menjadi salah satu isu menarik bagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul. Dalam penyelenggaraan Musyawarah Daerah (Musda) ke 12 ini, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul akan membawa persoalan ini dalam agenda Musda yang berlangsung selama hari ini.

Tidak seperti musda sebelumnya, di samping agenda utama dalam Musda akhir tahun, yakni laporan pertanggungjawaban, penyusunan program kerja serta pemilihan pimpinan baru masa bakti 2015-2020, dalam Musda ke 12 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, akan membahas isu lingkungan yang selama ini dirasa kurang mendapat perhatian, baik pemerintah maupun kelompok agama.

Menurut ketua Steering Comitee Musda PDM Bantul, Marzuki, kelompok agama,dalam hal ini komponen Muhammadiyah masih minimalis dalam mengambil peran mengenai isu lingkungan serta bencana ekologis. Padahal, sambung Marzuki, di Bantul banyak bermunculan penambangan-penambangan hingga keberadaannya telah merusak lingkungan. Sehingga isu kerusakan lingkungan harus menjadi perhatian seluruh elemen dan kompenen masyarakat.

“Persoalan penambangan pasir di sungai Progo serta penambangan yang lain, seperti penambangan galian menjadi tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu semuanya harus berperan mengembalikan serta mempertahankan lingkungan agar tetap ramah bagi kehidypan manusia,” himbaunya.

Lebih jauh Marzuki dengan didampingi Sahari, Agus Amarulloh dan A.R Qomaru mengatakan Muhammadiyah harus berperan aktif dalam merespon perubahan iklim. Muhammadiyah memiliki tugas dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Di mana kekuatan Muhammadiyah ini mempermudah masifikasi gerakan pro lingkungan guna kepentingan masyarakat luas.

Di samping isu penyelamatan lingkungan, dalam Musda kali, persoalan penyelamatan air juga menjadi pembahasan bersama. Karena air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahluk di bumi. Muhammadiyah Bantul merasa prihatin, selama ini penggunaan air selalu berlebihan. Dalam pandangan Islam, penggunaan air seharus digunakan secara minimalis, tidak membuang-buang secara sembarangan. Bahkan dalam berwudlu pun telah diajarkan, pemakaian air hanya sesuai kebutuhan.

“Kita harus memperlakukan air serta lingkungan secara bijak dan baik serta jangan lupa merawat air. Air harus kita memanfaatkan seefisien mungkin di lingkungan sekitar kita” imbuhnya.
 
 
anjar

KORANJURI.com di Google News