KORANJURI.COM – Pesamuhan Agung II Manca Agung Trah Dalem Shri Aji Tegal Besung di Pura Dalem Samprangan Gianyar, digelar Minggu (19/1/2020). Pertemuan akbar itu dibuka oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dan dihadiri tak kurang dari 1.200 semeton (kerabat) trah agung dari kabupaten/kota se-Bali.
Sejarah dari Pesamuhan Agung itu berawal di tahun 1300-an. Ketua Umum Manca Agung Shri Aji Tegal Besung Bali, Dewa Nyoman Oka dalam sambutannya menguraikan sejarah kelahiran Manca Agung Warih Ida Dalem Tegal Besung.
Tepatnya tahun 1352 Bali dipimpin oleh Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan. Setelah 21 tahun jadi raja, kemudian pada tahun 1373, tahta diserahkan kepada Ida Dalem Sri Agra Samprangan. Istri kedua Ida Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan, Ni Gusti Ayu Kuta Waringin melahirkan putra Ida I Dewa Tegal Besung.
“Setelah Dalem Samprangan jadi raja dalam 7 tahun, 1380 beliau tidak melaksanakan tugas sebagai raja maka saat itu diangkat I Dewa Ketut Ngulesir di Gelgel,” imbuhnya.
Sehingga di tahun 1380, ada raja kembar di Samprangan dan Gelgel. Tiga tahun berikutnya Ida Dalem Agra Samprangan mendapatkan wahyu keprabon atau legitimasi untuk berkuasa. Maka, adik paling bungsu yaitu Ida Dewa Tegal Besung dijadikan raja dengan gelar Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung.
“Tahun 1383 sampai 1401 masih ada dua raja di Samprangan dan Gelgel. Tahun 1401 diadakan rekonsiliasi dan Ida Dalem Sri Semara Kepakisan diangkat sebagai raja,” katanya.
Sebelum meninggal, Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung memanggil kelima putranya dari perkawinan dengan Ni Luh Pemaron. Kelima putranya diberi nasehat yang lebih dikenal dengan bhisama.
“Ada tiga spirit trah Ida Dalem Tegal Besung yaitu diwajibkan ingat leluhur dengan bersembahyang di Dalem Samprangan dan di Besakih. Spirit kedua, trah Dalem Tegal Besung jangan berhenti belajar dan ketiga jaga persaudaraan di antara semeton, jangan melupakan semeton dimanapun berada,” ujarnya demikian.
Menurut Dewa Nyoman Oka, saat ini sejarah Manca Agung trah Ida Dalem Shri Aji Tegal Besung telah dibukukan. Buku tersebut disusun oleh AA Gede Mayun dan mengacu pada hasil penelitian pada artikel tradisional (lontar) dan buku ilmiah yang ada.
Disisi lain, Pengageng Ageng Kertha Semaya Trah Dalem Provinsi Bali Dewa Made Suamba Negara mengingatkan, agar semeton manca agung menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mendukung pelaksanaan program-program pemerintah.
Pasamuhan bertujuan mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan dan membahas program dalam setahun ke depan.
Wagub Menyampaikan Ucapan Syukur
Wagub Cok Ace menyampaikan rasa syukur karena selalu bisa hadir dalam kegiatan pesamuhan yang digelar trah dalem.
“Ini tentunya tidak terlepas dari restu Ida Betara sehingga saya selalu bisa hadir,” kata Cok Ace.
Tokoh Puri Ubud ini sepaham dengan tiga kewajiban yang menjadi pedoman kertha semaya trah dalem yaitu selalu ingat leluhur, tak pernah surut untuk belajar dan tidak pernah berhenti dalam upaya menyatukan pasemetonan.
Di jaman yang disebut kaliyuga atau jaman besi (Ronggowarsito: kalabendu) ini, sangat dibutuhkan tindakan nyata untuk mempererat rasa persaudaraan.
Ia memberikan analogi alur cerita dalam epos Mahabrata. Selain menyajikan hal positif yang patut ditiru, Mahabrata juga bisa dijadikan bahan renungan bagi manusia agar jangan sekali-kali menyulut peperangan antar saudara.
“Pemicu permusuhan dalam saudara itu biasanya ketamakan, kekuasaan dan harta. Mari kita jadikan bahan renungan untuk mempererat tali persaudaraan,” ujarnya.
Dirinya mengajak semeton yang tergabung dalam kertha semaya trah dalem, senantiasa meningkatkan peran dalam mendukung pelaksanaan program pembangunan yang merupakan penjabaran visi Pemprov Bali yakni, Nangun Sat Kerthi Loka Bali. (*)