Mantan Jenderal Ziarah Supersemar Ingatkan Amanat Rakyat

oleh
Keterangan foto: para mantan jenderal di pandu Sri Eko Sapto Wijaya mengelar ziarah di makam mantan Presiden Soeharto/ foto:koranjuri.com

KORANJURI.COM- Dalam rangka memperingati lahirnya supersemar, beberapa mantan Jenderal menggelar ziarah supersemar di makam Soeharto, di astana Giribangun, Karanganyar.

Beberapa Jenderal purnawirawan salah satunya adalah George Toissuta, mantan Kepala Staf Angkatan Darat era pemerintahan SBY yang juga pernah menjabat sebagai Pangkostrad.

Ziarah supersemar di pandu tokoh spiritual Jawa Sri Eko Sapto Wijaya di awali dari ndalem Prawit, Nusukan Solo.

Ziarah supersemar kata Eko memiliki makna amanat rakyat yang harus di junjung tinggi. Oleh sebab itu ziarah yang di gelar bertepatan pada tanggal sebelas Maret salah satunya untuk mengingatkan kembali amanah rakyat serta pentingnya makna sejarah di balik peristiwa lahirnya supersemar.

Keteran foto: Sri Eko Sapto Wijaya dan mantan Jenderal foto bersama di astana giribangun /foto: koranjuri.com
Keteran foto: Sri Eko Sapto Wijaya dan mantan Jenderal foto bersama di astana giribangun /foto: koranjuri.com

Ziarah supersemar sebut Sri Eko adalah prosesi agung Bodronoyo manages, sebuah tradisi untuk masyarakat dan pemimpin agar membuka diri, memulai perubahan dengan hati tulus ihklas mengabdi kepada bangsa negara.

Ziarah di lakukan murni dalam rangka memperingati supersemar, tetapi diakui oleh Eko, meningkatnya suhu politik tanah air membuat dia juga memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bangsa Indonesia senantiasa di beri keutuhan dan keselamatan.

Prosesi ritual agung Bodronoyo manages di awali dari pintu masuk astana Giribangun dengan membawa iring iringan sesaji sekar setaman dan buah buahan. Beberapa saat setelah memasuki astana dan masuk kedalam makam mantan Presiden Soeharto, tokoh spiritual Sri Eko Sapta Wijaya menggelar doa sekaligus mantram prasetya suci, janji setia kepada bangsa dan negara.

Dikatakan Sri Eko Sapta Wijaya, kesetian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban kita sebagai anak bangsa. Kesetiaan dan kecintaan adalah kunci persatuan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesetian juga sebagai dasar pembawa perubahan bagi kesejahteraan bangsa dan negara.

Usai melakukan ziarah di makam penguasa orde baru, ritual kemudian di lanjutkan ziarah di makam Mangkunegara VI di astana Utara Nayu.

Di pilihnya makam Mangkunegara VI untuk ziarah ke dua prosesi agung Bodronoyo Maneges kata Eko, pemimpin harus bisa mengambil makna dari kepemimpinan Mangkunegara VI.

Mangku di jelaskan Eko, sifat yang harus ada pada diri para pemimpin. Pemimpin ibarat orang tua yang memangku anaknya di atas pangkuan. 

Anak adalah rakyat yang harus diberi kasih sayang, menjaga serta merawatnya hingga tumbuh dewasa mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Setelah tumbuh dewasa mampu berdikari, pemimpin memiliki kewajiban memangku bumi yang di tempati oleh anak anaknya, baik isi maupun teritorialnya dalam rangka memayu hayuning bawana, menjaga kelestarian dan keselamatan alam semesta.

Sehingga kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan dan kelestarian bangsa dan negara bisa terwujud, papar Eka menerangkan makna dari kepemimpinan Mangkunegara VI.

Selain ritual ziarah, Sri Eko bersama mantan Jenderal juga menggelar kirab wayang Semar setinggi tujuh meter dari sanggar wayang gogon.

Pembagian sembako kepada masyarakat yang kurang mampu, serta motivasi usaha untuk warga Kalurahan Nusukan dengan wiramas ( wirausaha masyarakat ).

‘ Agar mampu memberi nilai tambah ekonomi bagi warga masyarakat di Kalurahan Nusukan ’ pungkas eko dalam keteranganya. / jk

KORANJURI.com di Google News