KORANJURI.COM – Mantan ketua Gafatar Mahful M Tumanurung memberikan klarifikasi terkait keberadaan organisasi yang pernah dipimpinnya. Menurut Mahful, apa yang berkembang selama ini adalah opini.
“Yang dikembangkan selama ini adalah opini bukan berita. Tapi anehnya itu dijadikan dasar untuk memberangus kami,” kata Mahful dalam keterangan pers di kantor YLBHI Jakarta Pusat, Selasa 26 Januari 2016.
» Di Penampungan Pengikut Eks Gafatar Dapat Pembinaan Bela Negara
Usai Gafatar dibubarkan, Mahful melanjutkan, warga eks Gafatar berdomisili di Kalimantan untuk melakukan aktifitas pertanian. Transmigrasi yang dilakukan warga eks Gafatar ke Kalimantan semata-mata untuk mendukung kedaulatan dan ketahanan pangan Indonesia. Mahful menyebut saat ini krisis pangan sudah melanda secara global.
Sejak awal, sebut Mahful, organisasi yang dibubarkan melalui kongres luar biasa pada 14 Agustus 2015 itu, tidak membebani pemerintah dalam hal pendanaan. Sebagai transmigran, kata Mahful, warga eks Gafatar merupakan transmigran mandiri.
» Sejak 2012 Gafatar Sudah Ditolak di Kota Solo
“Sejak Gafatar berdiri tidak sepeser pun uang kami terima dari pemerintah. Kami bergerak secara mandiri, kami punya dana poin nusantara,” jelasnya.
Saat dibubarkan Gafatar memiliki anggota mencapai 50.000 orang dengan jumlah simpatisan lebih banyak dari jumlah anggota yang terdaftar.
Sementara, data yang ada tercatat di posko penampungan Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah ada 435 orang pengungsi eks Gafatar . Jumlah itu terdiri dari 345 orang berasal dari wilayah Yogyakarta, 40 orang dari kota di Jawa Tengah dan 50 orang berasal dari kota diluar Yogya dan Jawa Tengah.
way/jud/Koranjuri.com