KORANJURI.COM – Ribuan warga Bali dan turis mancanegara tumpah ruah di depan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Minggu (12/06/2022) sore untuk menyaksikan pembukaan pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44.
PKB tahun 2022 ini dibuka secara resmi oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian didampingi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dan Gubernur Bali I Wayan Koster.
Tema PKB ke-44 tahun 2022 adalah Danu Kerti yang bermakna memuliakan air sebagai sumber kehidupan.
Pawai PKB kali ini diikuti para seniman dari Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali. Dalam pawai budaya, juga melibatkan 8 perguruan tinggi terpilih. Salah satunya adalah Institut Teknologi dan Bisnsi (ITB) STIKOM Bali.
Wakil Rektor I ITB STIKOM Bali yang juga ketua panitia internal Ida Bagus Suradarma, SE, M.Si mengatakan, penampilan mahasiswanya dalam PKB ini adalah untuk kali ketiga.
“Kali ini kami melibatkan 135 mahasiswa sebagai penari dan penabuh plus 15 pengusung ogoh-ogoh, total 150 mahasiswa terlibat dalam PKB tahun 2022,” kata Suradarma.
“Saya juga menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada panitia dan mahasiswa yang telah berkorban waktu dan tenaga untuk latihan guna menyukseskan pawai PKB kali ini,” lanjutnya.

Menariknya, ketika master of ceremony membacakan narasi penampilan ITB STIKOM Bali, dari panggung utama terlihat Mendagri Tito Karnavian dan Menparekraf Sandiaga Uno memberikan aplaus.
Ini membuktikan para mahasiswa dari kampus teknologi informasi terkenal di Bali dan Nusa Tenggara ini tak hanya pintar utak atik gadget dan device. Tapi juga memiliki jiwa seni yang tinggi.
“Tidak semua perguruan tinggi dilibatkan dalam even monumental seperti pawai PKB ini, kami bersyukur ITB STIKOM Bali kembali diberi kepercayaan,” kata Suradarma.
Dalam pawai PKB kali ini, mahasiswa ITB STIKOM bali dari UKM Tari Tradisional dan UKM Tabuh menampilkan pagelaran kolosal Labuh Gentuh, sebagai presentasi upacara kurban ‘Bhuta Yadnya’ untuk mengharmoniskan hubungan manusia dengan alam melalui upacara Danu Kerthi.
Hal itu untuk menjaga kesucian berbagai sumber air dan sungai yang dilaksanakan. Tujuannya, untuk memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Wisnu.
Upacara Bhuta Yadnya ini selain untuk menetralisir kekuatan Bhuta Kala, juga mengharmoniskan hubungan manusia dengan alamnya.
Upacara Labuh Gentuh ini memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar menganugerahkan sumber air untuk kesuburan tanah dan kehidupan umat manusia.
Dalam karya ini mereka menampilkan figur ogo-ogoh yang menggambarkan Dewa Wisnu sebagai Dewa Air, pemelihara dan pelindung alam semesta beserta isinya.
Selain itu, para peserta menampilkan sesajen kelengkapan upacara, diikuti penari perempuan dan pria untuk menetralisir (nyomia) kekuatan Bhuta Kala.
Penata artistik pegelaran ini adalah Dr. Swasti Widjaja Bandem, SST, M.Hum, didukung oleh Pande Gde Eka Mardiana, S.Sn, M.Sn sebagai penata tabuh dan Putu Setyarini, S.Sn, M.Sn sebagai penata tari. Pagelaran ini diiringi gamelan Adhi Merdangga, sebuah ensemble besar yang diciptakan tahun 1984 oleh ASTI Denpasar dibawah sutradara Prof. Dr. I Made Bandem, MA, Rektor ASTI Denpasar kala itu.
Adhi Merdangga beberapa kali tampil di Istana Negara Jakarta dalam upacara 17 Agustus saat penurunan bendera merah putih dan saat SEA Games di Jakarta. (*)