KORANJURI.COM – Staf Khusus Presiden Kelompok Kerja Papua, Lenis Kagoya meminta kepolisian mengungkap asal senjata yang dimiliki Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua.
Kepolisian menurutnya, bisa menelusuri darimana senjata itu disuplai. Jalur distribusi logistik, dikatakan Lenis, dapat digunakan sebagai runutan awal untuk mengungkap asal muasal senjata yang digunakan kelompok dibawah pimpinan Egianus Kogoya itu.
“Yang lebih penting lagi, harus usut siapa aktor yang bermain di belakang mereka,” jelas Lenis, ketika ditemui di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/12/2018).
Lenis juga meminta persoalan ‘pembantaian’ pekerja Trans Papua itu diusut tuntas. Ia menyebutkan, di Wamena Papua, pernah ada yang ditangkap terkait pendistribusian logistik untuk KKB.
“Coba ditelusuri dari situ,” ujar Lenis memberi petunjuk.
Dia menilai, peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh kelompok yang mengaku sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM), terkesan aneh. Sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo, menurut Lenis, tindakan separah itu baru pertama terjadi.
“Mulai tahun 2014, sejak Pak Jokowi ke Papua, sampai 2017, setiap Desember, tidak pernah ada insiden di Papua. Kejadian kemarin itu enggak pernah terjadi. Makanya saya curiga, siapa yang bermain ini?” ujar Lenis.
Pihaknya mempercayakan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk mengungkap kasus itu. “Bagaimana bisa ada peredaran senjata di gunung, siapa yang menyuplai, semua harus dikontrol,” tambahnya.
Lenis tidak membantah kalau saja peristiwa pembantaian itu dikaitkan dengan situasi menjelang pemilihan presiden di Indonesia.
“Bisa juga terjadi. Termasuk mahasiswa di Jawa ajak demonstrasi, terus ada lawan ormas lagi maju. Ini lingkaran apa? Ini bukan peristiwa yang berdiri sendiri. Makanya kepolisian, BIN, dicek baik-baik persoalan ini,” tuturnya.
Hanya saja, dirinya enggan berasumsi siapa dalang dibalik aksi sadis yang dilakukan KKB itu.
“Kepolisianlah yang bisa menjelaskan. Apalagi ada korban selamat yang bisa dijadikan pintu masuk pengusutan kasus itu,” terang Lenis. (*)