KORANJURI.COM – Kondisi jalan provinsi jalur Purworejo-Magelang, belakangan menjadi sorotan. Itu dikarenakan, di musim penghujan saat ini, pada beberapa titik, muncul lubang yang menjadi ancaman bagi para pengguna jalan, khususnya bagi penguna jalan roda dua.
Mulai atas kolam renang Artha Tirta Purworejo hingga wilayah Kecamatan Bener, terdapat beberapa lubang-lubang yang ukuranya bervariasi. Lubang makin berbahaya jika tergenang air dan tak tampak di malam hari. Beberapa kali terjadi kecelakaan akibat munculnya lubang-lubang ini.
Edi Margono, ST, Sub Koordinator Jalan dan Jembatan Wilayah 2, Balai Pengelolaan Jalan Wilayah Magelang menyampaikan, bahwa jalan provinsi mulai dari batas Bener-Maron-Purworejo dengan panjang jalan total kurang lebih 16,4 km, akhir-akhir ini sering dikeluhkan masyarakat apalagi di musim hujan.
Dari panjang ruas jalan 16,4 km, yang sudah ditingkatkan dengan rigid/beton kurang lebih 4 km dan yang direhabilitasi 5 km (tahun 2023). Sisanya kurang lebih 7,4 km ini yang sering dikeluhkan masyarakat saat musim penghujan.
“Sisa panjang jalan yang belum tertangani memang umur jalanya sudah tua. Dari sebelum covid 19 hingga saat ini penanganan jalan tersebut hanyalah pemeliharaan rutin jalan dan rehabilitasi jalan tahun 2023 sepanjang 5 km ,” ujar Edi, Jum’at (02/02/2024).
Paket rehab sendiri, menurut Edi, hanya overlay satu lapis untuk mempertahankan kondisi baik/ mantap, sementara untuk pemeliharaan rutin tambal lubang atau patching-patching juga untuk mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi melayani lalu lintas.
Tapi dengan hal tersebut, kata Edi, tetap menimbulkan keluhan masyarakat khususnya di musim hujan dengan kondisi jalan yang rusak atau berlubang.
“Salah satu penyebabnya jalan menjadi rusak karena tonase kendaraan berat yang lewat memang banyak yang melebihi batas atau Over Dimension Over Loading (ODOL),” ungkap Edi.
Padahal fungsi dari jalan provinsi ini, kata Edi, merupakan jalan kolektor. yakni jalan yang menghubungkan dari propinsi ke kabupaten atau kabupaten-kabupaten, atau dari jalan jenjang ke dua, arah ke jenjang ke tiga dengan batas berat kendaraan maksimal 8 ton.
Kenyataan di lapangan, sebut Edi, banyak kendaraan berat yang lewat dengan tonase melebihi batas maksimum, ada yang 30 ton hingga 40 ton. Itu yang menimbulkan potensi jalan menjadi rusak, apalagi pada musim hujan seperti saat ini, akan semakin menimbulkan potensi kerusakan jalan.
“Idealnya, supaya jalan lebih awet dilakukan peningkatan jalan dengan di rigid/beton untuk mengimbangi ODOL itu. Kalau tidak, peningkatan jalan dengan CAP atau flexibel aspal dua lapis. Tetapi sebelumnya dilakukan perbaikan pondasi/diholding dulu menggunakan material CTB atau beton K250 yang kondisi rusak berat atau perbaikan minor dengan CAP yang rusak ringan supaya pondasi/dasarnya mantap dan rata,” terang Edi.
Untuk lapis pertama dengan ketebalan 6 cm berupa campuran aspal panas jenis AC-BC (Binder) dilanjutkan lapis kedua dengan ketebalan 4 cm aspal AC-WC (Wearing). Dengan ketebalan perkerasan total 10 cm.
“Kalau penanganannya dengan rehabilitasi jalan satu lapis saja, kekuatan dari aspal satu lapis ini hanya untuk maksimal 8 ton,” jelas Edi.
Diharapkan, adanya penertiban tonase kendaraan yang lewat sesuai kelas jalannya. Dan jalan bisa sesuai fungsinya, baik itu jalan lokal, jalan kolektor ataupun jalan arteri
Terkait kondisi jalan saat ini yang banyak lubang, aku Edi, pihaknya sudah melakukan tambal lubang dengan CAP baik untuk pemeliharaan rutin oleh Balai ataupun masa pemeliharaan paket Rehabilitasi jalan oleh kontraktor.
“Harapannya dengan dilakukan tambal lubang/patching-patching ini kondisi jalan tetap bisa berfungsi baik untuk melayani lalu lintas, khususnya di ruas batas Bener hingga Purworejo,” kata Edi.
Untuk menghadapi lebaran 2024, pihaknya akan melakukan perbaikan jalan berupa paket rehabilitasi jalan Gatot Subroto dan lingkar utara dengan panjang total mencapai 2,4 km, dari batas Trirejo hingga kantor Satpol PP. (Jon)