Kenapa Solo Siap dan Bali Menolak?

oleh
Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB) I Wayan Puspa Negara - foto: Istimewa

Puspa Negara
Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB)

Sungguh sangat paradoks surat penolakan Gubernur atas kehadiran tim sepak bola U-20 Israel di Bali kepada Menpora. Karena telah menimbulkan situasi tak menentu dan kegundahan masyarakat luas para pencinta bola hingga kegundahan jiwa pelaku pariwisata.

Pasalnya, jauh hari Gubernur dengan segala perjuangannya yang sangat fantastis, telah  mampu membawa Bali sebagai salah satu venue dan lokasi drawing perhelatan FIFA World Cup U-20. Yang luar biasa baru kali ini rencana drawing dilaksanakan di luar Swiss yakni di Bali.

Kita patut apresiasi tinggi langkah Gubernur Bali saat itu. Bahkan, sangat jelas penyampaian Gubernur bahwa terpilihnya Bali sebagai lokasi Official Draw FIFA U-20 dan tuan rumah piala dunia U-20 tahun 2023, akan memberikan kontribusi besar di dalam mempercepat pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali.

Saat acara Official Draw FIFA U-20, Bali kembali akan menjadi pusat perhatian dunia. Nama Bali akan semakin harum semerbak di mata masyarakat dunia. Karena tidak saja dari 24 negara peserta yg akan hadir di Bali, tapi juga para pecinta fanatik bola dari seluruh dunia. Apalagi, akan disiarkan langsung oleh media seluruh dunia sehingga Bali mendapatkan public relation yang semakin moncer dan kuat.

Bahkan, saat di awal, Pak Gubernur berharap acara drawing dan pelaksanaan FIFA World Cup U-20 berlangsung secara aman, damai lancar dan sukses. Bahkan, untuk kesuksesan acara drawing tersebut, Gubernur berkomitmen penuh melakukan perbaikan gedung Ksirarnawa dan penataan kawasan taman budaya sesuai persyaratan yang ditentukan oleh FIFA. Proyek itu dipantau dengan cermat dan Gubernur memastikan pekerjaan diselesaikan pada pertengahan bulan Maret dengan biaya penuh dari APBD Provinsi Bali.

Gubernur mengajak seluruh lapisan masyarakat Bali mendukung penuh event ini dengan menciptakan situasi yang kondusif agar event bergengsi dan langka ini berjalan lancar. Bahkan, sesuai dengan impian menjadikan Bali sebagai pusat peradaban dunia, dengan menawarkan kedamaian, ketenangan, toleransi dan kebahagian bagi masyarakat dunia yang datang ke Bali.

Akan tetapi situasi ini berbanding terbalik dengan langkah Gubernur sendiri atas  terkirimnya surat Gubernur Bali ke Menpora untuk menolak kehadiran tim dari Israel. Sungguh sangat paradoks dengan langkah perjuangan dan persiapan yang sudah sangat matang.

Bahwa kami pelaku pariwisata sangat memimpikan perhelatan FIFA World Cup U-20 ini, menjadi momentum penguatan dan kecepatan recovery kepariwisataan Kuta yang baru hanya tumbuh 36,5% dari kondisi normal. Kita belum normal, setengahnya pun belum.

Oleh karena itu, kami tetap berharap ajang FIFA World Cup U-20 tetap berjalan sesuai agenda FIFA. Karena secara resmi, belum ada statement dari FIFA atas pembatalan drawing dan pembatalan eventnya.

Kalau pun hanya drawing dipindahkan tidak masalah. Namun, jika sampai perhelatan FIFA World Cup U-20 dibatalkan dan dialihkan ke negara lain, maka runtuhlah harapan kita, harga diri bangsa pun terlihat gelap.

Di sisi lain, tahun 2023 juga akan hadir event World Beach Game di Bali pada 5-12 Agustus 2023 yang juga akan menghadirkan atlet dari Israel. Apakah ini juga akan dipersoalkan? Padahal di bulan Maret 2022 tanggal 20-22 Maret telah hadir di Bali delegasi Israel dalam International Parliament Union dan aman-aman saja.

Kenapa justru di saat momentum kehausan bangsa ini akan sepak bola pentas di piala dunia ada persoalan dengan Israel? Apakah tidak ada jaminan keamanan dari pemangku kepentingan di negeri ini? Atau Bali tidak mampu menjaga keamanan saat drawing dan event berlangsung?

Buktinya, di event G20 ada Rusia dan Ukraina malah berjalan sukses dan lancar. Olah raga sepak bola adalah menjunjung sportifitas dan dalam sportifitas itu menepikan politik, intoleran dan rasial. Bali terkenal sebagai pulau yang damai, indah, nyaman dan aman, kenapa harus terjadi penolakan ini? Hanya Gubernur yang tahu!

Tetapi kami sangat kecewa dengan surat tersebut yang tidak merepresentasikan wajah masyarakat Bali pada umumnya. Saran kami, agar Gubernur kembali  melihat goverment guarantee yang pernah disampaikan dan meraih kembali surat tersebut dengan segera, dan memberikan segera  goverment guarantee pada FIFA.

Lihatlah Solo langsung menyatakan siap menjadi tempat drawing. Kenapa Bali Menolak?

Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS

KORANJURI.com di Google News