Kembar Ukraina Otak di Balik Produksi Ganja Hidroponik dan Esktasi di Canggu

oleh
Barang bukti narkoba yang diproduksi di clandestain lab ganja hidroponik dan ekstasi di sebuah di wilayah Canggu, Badung, Bali - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Pengungkapan clandestain laboratorium hidroponik ganja dan ekstasi di sebuah vila di Canggu diotaki oleh warga Ukraina.

Dua orang kembar identik itu berinisial IV dan MV, berusia 31 tahun. Keduanya berperan mengendalikan, meracik dan memproduksi narkoba.

BERITA TERKAIT
Vila Mewah di Canggu jadi Pabrik Ekstasi dan Ganja Hidroponik, Dikendalikan 3 WNA dan 1 WNI

Ada Bunker Khusus di Vila Tempat Produksi Narkoba yang Digerebek Mabes Polri di Bali

Polisi mendapat pengakuan, kembar asal Ukraina itu punya keahlian dengan mempelajari cara meracik narkoba secara otodidak dari internet.

Bahan baku didapatkan dengan membeli secara online dari China dan Rumania untuk biji ganja. Benih tanaman itu dibawa langsung ke Bali oleh dua orang asing yang saat ini masih DPO.

“Dari TKP diamankan mesin alat cetak ekstasi yang belum pernah digunakan. Pernah dipakai tapi selalu gagal dalam produksi,” kata Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada dalam keterangannya di Canggu, Badung, Bali, Senin (13/5/2024).

Vila mewah tersebut berada di tengah-tengah pemukiman padat aktifitas. Namun, kata Wahyu Widada, pelaku telah memperhitungkan desain ruangan agar tidak ada kecurigaan.

Direktur Tipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa menambahkan, dari sekian banyak bangunan vila yang dimiliki oleh satu pengembang, hanya vila yang ditempati pelaku yang memiliki bunker bawah tanah.

“Selebihnya tidak ada ruangan bawah tanah. Hanya satu kamar nomer 6 yang punya basemen, gedung yang lain tidak. Kalau ada di ruangan, untuk melacak nomer HP saja tidak bisa terdeteksi,” jelas Mukti Harsa.

Pelaku menempati vila tersebut sejak September 2023. Tapi, dari catatan aimigrasi pelaku WNA sudah pernah masuk ke Indonesia sebelumnya.

Mukti Harsa mengatakan, pelaku asal Rusia berinisial KK berperan sebagai pengedar. Pelaku menggunakan cara menempel kode barcode di sepanjang Canggu hingga wilayah Ubud.

Barcode tersebut mengarahkan ke sebuah grup telegram bernama ‘Hydra’. Di situ, aktifitas jual beli narkoba dilakukan dengan pembayaran menggunakan mata uang kripto.

“Hasil selama 6 bulan dalam mata uang kripto senilai 4 miliar, diperkirakan jumlahnya bisa lebih besar lagi kalau barangnya semua sudah jadi,” kata Mukti. (Way)

KORANJURI.com di Google News