KORANJURI.COM – Jika di Indonesia ada Ki Hadjar Dewantara yang senantiasa menanamkan semangat nasionalisme dan memiliki jiwa kebangsaan, di India ada Rabindranath Tagore yang juga selalu menanamkan rasa nasionalisme kepada para siswanya.
”Berbicara tentang tokoh-tokoh di India selama ini kita mungkin hanya mengenal Jawaharal Nehru ataupun Indira Gandhi. Namun jika kita telusuri di India ada tokoh pendidikan yang selalu menanamkan semangat jiwa nasionalisme,” kata Yuyun Yulia PhD, di sela-sela Internasional Colloquium di Gedung Ki Sarino Mangunpranoto, Kompleks Kampus Universitas Tamansiswa Yogyakarta.
Adalah Rabindranath Tagore yang seolah kini hilang atau terlupakan. Tagore merupakan tokoh pendidikan yang memiliki kesamaan dengan tokoh pendidikan Indonesia sekaligus pendiri Perguruan Nasional Tamansiswa Ki Hadjar Dewantara. Melalui Perguruan Tamansiswa yang didirikan sejak 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara mendidik siswa-siswa menjadi generasi yang nasionalis serta memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi. Rabindranath Tagore pun tak jauh berbeda.
Tokoh pendidikan India ini pun mengajarkan para siswa didiknya untuk selalu memegang jiwa nasionalisme. Tagore dengan lembaga pendidikannya, Santiniketan dengan tegas mengkritik dengan mengatakan pendidikan barat menghilangkan alam kebudayaannya sendiri.
Oleh karena adanya kesamaan dalam metode pendidikan tersebut, kedua tokoh ini menjalin hubungan. Diantaranya dengan terjalinnya kerjasama dengan tukar menukar guru dan siswa antara Tamansiswa dengan Santiniketan di dirikan Tagore. Tukar menukar ini meliputi bidang pendidikan, seni dan budaya.
Yuyun Yulia juga menjelaskan Internasional Colloqiuum digelar atas kerjasama Universitas Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,Indian Council for Cultural Relations, Embassy of Indonesia New Delhi, yang juga bertujuan untuk merevitalisasi benang merah dalam rentang waktu 90 tahun hubungan Perguruan Tamansiswa dengan Santiniketan Tagore.
Sementara itu Ketua Umum Majelis Luhur Perguruan Tamansiswa (MPLT) Prof. Dr. Sri Edi Swasono mengungkapkan selain untuk mengenang kembali hubungan atau jalinan antara Ki Hadjar Dewantara dan Rabindranath Tagore yang memiliki kesamaan visi dalam dunia pendidikan, juga mengingatkan para pengikut Ki Hadjar Dewantara dan Tagore untuk berfikir ke masa depan.
Lebih jauh Prof. Edi menanyakan, mengapa India yang memiliki dua tokoh nasionalis bisa pecah? Sebagai negara besar dengan dua tokoh nasionalisnya seharusnya India tetap kokoh. Akan tetapi kenyataannya India pecah dengan berdirinya negara Pakistan dan akhirnya Pakistan pun pecah. Ada Pakistan barat dan Pakistan Timur atau yang sekarang dikenal dengan nama Bangladesh.
Ada apa dengan India, apa yang salah? Jika warga India berpegang teguh pada ajaran kedua tokoh, Gandhi dan Tagore, seharusnya India bisa menjadi negara besar.
“Menurut saya, masyarakat India salah khususnya dalam dunia pendidikan salah dalam mengimplementasikan. seharusnya mereka belajar menatap masa depan, bukan berpikir ke masa lampau sambung pria yang baru saja merayakan ulang tahunnya ke 77 ini,” kata Sri Edi Swasono.
Prof Edi juga mengatakan sebagai negara yang luas yang terbentang dari Sabang sampai Merauke atau setara luas London hingga Istabul dan dengan adanya Pancasila, anak bangsa dapat mengikuti dan mengamalkan ajaran Ki Hadjar Dewantara agar tetap menjadi negara hebat. (Anjar)