Disorot Melanggar UN, Begini Tanggapan Pimpinan Sekolah

oleh
Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di SMKN 2 Denpasar - foto: Wahyu Siswadi/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Opini yang diberikan Ombudsman RI (ORI) Bali kepada sekolah dengan dugaan kecurangan UN mendapat tanggapan beragam dari para pimpinan sekolah yang mendapatkan ‘rapor merah’. Kepala SMA Negeri 1 Kuta, I Nyoman Yasa, mengatakan soal ponsel yang dibawa siswa saat mengerjakan UN tidak serta merta bisa dijadikan temuan.

Nyoman Yasa mengakui, ponsel tersebut diketahui disembunyikan siswa di dalam laci meja. Namun, indikasi kecurangan belum sepenuhnya terbukti. Mengingat saat ponsel ditemukan, siswa tersebut tidak sedang menggunakannya.

TERKAIT
» Dapat ‘Rapor Merah’ dari ORI Bali, Made Sudha: Ini Pukulan Berat
» 7 Mei 2016 Hasil Pengumuman UN SMA

“Kita tidak diajak dialog, kalau dicap seperti itu kan luar biasa,” ujar Nyoman Yasa ditemui Koranjuri.com, Senin 25 April 2016.

Menurut Nyoman Yasa, integritas kejujuran baru akan terlihat pada saat nilai ujian siswa sudah keluar. Jika hasil nilai UN antara siswa satu dengan lainnya sama, disitu kata Yasa, kemungkinan ada indikasi terjadinya kecurangan atau jawaban soal sudah bocor sebelumnya.

“Jadi saya rasa ini belum bisa dijadikan tolok ukur integritas kejujuran di sekolah kita rendah. Kalau hasil UN antara satu siswa dengan siswa lainnya sama, itu akan muncul pertanyaan dan harus ditelusuri,” kata Nyoman Yasa.

Dikatakan Yasa, pihaknya sebenarnya sudah mempersiapkan ujian CBT untuk UN tahun ini. Hanya saja belum ada dukungan penambahan perangkat komputer dari pemerintah. Sehingga ujian nasional di sekolah itu tetap berlangsung menggunakan pola lama atau ujian kertas dan pensil.

“Untuk menyelenggarakan CBT kami sudah siapkan sejak setahun lalu. Cuma kendalanya ada di perangkat komputer yang tidak mencukupi,” jelas Yasa.

Sedangkan kepala SMA Negeri 1 Bangli , I Nengah Sudaya merasa kecolongan atas temuan ORI Bali terkait dugaan kecurangan yang ada di sekolah faforit di Kabupaten Bangli itu. Ketika UN berlangsung, wewenang pengawasan sepenuhnya ada di pengawas. Tapi kalau sampai akhirnya ada salah satu siswanya kedapatan membawa ponsel, pihaknya mengaku tidak bisa melakukan tindakan apapun.

Setiap hari sebelum UN berlangsung ada briefing kepada pengawas agar menjalankan tugasnya sesuai dengan POS UN.

“Meski hanya satu kelalaian, tetap membuat kami merasa kecolongan. Saya berharap tahun depan tidak ada lagi kejadian seperti itu,” ujar Nengah Sudaya.

Kepala SMA Negeri 5 Denpasar Drs. I Made Sudha, M.Pd. A mengakui temuan ORI Bali pada UN tahun pelajaran 2015/2016 sebagai pukulan yang cukup berat. Menurut Sudha, di saat ujian nasional sudah tidak lagi menjadi penentu kelulusan ternyata kejadian itu masih menjadi fenomena jamak di kalangan siswa.

“Ini pukulan berat. Tapi kalau saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa ya. Lembaga bisa saja dikatakan kecolongan. Tapi secara umum dari tahun ke tahun, katanya, sudah ada jawaban. Dan ini perlu ditelusuri oleh pihak berwenang,” jelas Made Sudha, Rabu, 13 April 2016.

Sebelum pelaksanaan UN, pihaknya sudah mewanti-wanti kepada siswa agar tidak membawa ponsel ke dalam ruangan. Bahkan saat pelaksanaan, sekolah setiap kali selalu berkoordinasi dengan pengawas dari sekolah lain agar melakukan tugasnya sesuai POS UN.
 
 
way

KORANJURI.com di Google News