Deni Asy’ari: SARA di Indonesia Tak Perlu Diperdebatkan

oleh
Simposium Internasional bertema 'genre Sosial-Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia di Hotel Inna Garuda Yogyakarta - foto: Lanjar Artama/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Direktur Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari menyatakan, isu SARA sangat rentan memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Pihaknya mengajak toleransi harus dikedepankan demi menjaga keutuhan bangsa.

“Indonesia multikultur. Percampuran ras sudah terjadi sejak lama dengan masuknya pendatang Tionghoa ke Nusantara,” jelasnya dalam Simposium Internasional, Genre Sosial Budaya Muslim Tionghoa di Indonesia.

Pihaknya menyayangkan jika sampai saat ini masih terjadi kesenjangan etnis. Perdebatan hingga memunculkan isu rasisme, menurut Deni, justru akan memperburuk Kebhinekaan yang ada di Indonesia.

Deni menambahkan, banyak tokoh muslim berasal dari kalangan etnis Tionghoa.

“Diantaranya memiliki peran penting dan aktif dalam dakwah menyebarkan agama Islam,” tambah Deni.

Dalam simposium yang berlangsung di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta itu hadir pula tokoh Nahdlatul Ulama, Jalizus Sakhok.

Teori Deni Asy’ari terkait sejarah Islam di Indonesia dikuatkan oleh Jalizus Sakhok. Menurut Jalizus, peran perantau Tionghoa-Muslim yang sebagian besar terdiri dari kaum laki-laki megukuhkan dirinya sebagai orang ‘pribumi’. Pada masanya, pendatang Tionghoa melakukan sejumlah perkawinan dengan perempuan lokal, baik dari golongan bangsawan keraton maupun rakyat biasa.

Tradisi perkawinan antara orang Tionghoa dan Jawa yang begitu biasa pada masa pra- kolonial. Disitulah, dikatakan Jalizus, orang Jawa dahulu merasa bangga menyatakan diri sebagai keturunan Tionghoa.

“Akulturasi bukan hanya tradisi dan budaya saja. Tapi sudah melebur dalam perkawinan,” terang Jalizus.

Ekspedisi Cheng Ho pada abad ke-15 hingga mencapai tiga kali mengunjugi Jawa juga melibatkan ribuan orang Tionghoa yang sebagian besar pemeluk Islam. Selain berdagang mereka juga menjadi juru dakwah.

Hal ini, kata Jalizus, ekspedisi Cheng Ho bukan hanya bermuatan politik dan ekonomi namun juga menyimpan agenda tersembunyi berupa Islamisasi di Nusantara.
 
 
Anjar

KORANJURI.com di Google News