KORANJURI.COM – Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) di angka 4,00% pada Oktober 2020. Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho, dalam acara Pelatihan Wartawan Ekonomi di Denpasar, Jumat (16/10/2020).
Angka tersebut telah bertahan sejak Juli 2020. Selama ini, BI telah empat kali menurunkan suku bunga yakni, Februari, Maret, Juni dan Juli 2020. Masing-masing sebesar 25 bps.
“Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, di tengah inflasi yang diperkirakan tetap rendah,” kata Trisno Nugroho.
Ia mengatakan, Bank Indonesia mendukung Pemerintah dalam mempercepat realisasi APBN 2020. Hal itu untuk mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.
Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan realisasi pendanaan dan pembagian beban dengan pemerintah melalui mekanisme pembelian SBN secara langsung, berjumlah Rp 229,68 triliun.
“Dukungan BI antara lain, dengan pembelian SBN di pasar perdana. Hingga 8 Oktober 2020 nominal pembelian SBN sebesar Rp 60,28 triliun, termasuk melalui skema lelang utama, Greenshoe Option (GSO) dan Private Placement,” jelasnya.
Dikatakan lagi, Bank Indonesia juga melakukan pembagian beban untuk pendanaan non public goods–UMKM sebesar Rp 90,88 triliun.
Langkah kebijakan BI berikutnya yakni, melanjutkan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah, memperkuat strategi operasi moneter, mempercepat pendalaman pasar uang dan pasar valuta asing.
Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) pada Minggu IV September 2020, perkembangan harga, relatif stabil dengan inflasi pada angka 0,02% (mtm).
“Emas perhiasan, bawang putih dan sawi hijau merupakan komoditas penyumbang kenaikan harga di Bali,” tambahnya.
Dengan kondisi tersebut, Provinsi Bali pada September 2020 diperkirakan mengalami deflasi/inflasi pada kisaran -0,04% s.d. 0,16% (mtm). Pergerakan itu berbeda dengan tren bulan Agustus 2020 yang mengalami deflasi sebesar -0,16% (mtm). Sementara, secara tahunan, inflasi diperkirakan 1,02% hingga 1,22% (yoy).
Trisno menambahkan, daging ayam ras, cabai merah dan cabai rawit adalah komoditas penyumbang penurunan harga terdalam di Bali. Dari kondisi itu, Provinsi Bali pada September 2020 diperkirakan mengalami inflasi pada kisaran 0,07% hingga -0,13% (mtm). Secara tahunan inflasi diperkirakan 0,92% s.d. 1,12% (yoy).
“Memasuki tatanan kehidupan era baru di triwulan III, kredit Perbankan di Bali mulai menunjukkan peningkatan, yang bersumber dari kredit perdagangan dan akmamin,” kata Trisno.
Risiko kredit secara keseluruhan sedikit meningkat meski dibawah threshold (5%). Kredit UMKM Bali juga mulai menunjukkan perbaikan.
“Peningkatan kredit bersumber dari kredit modal kerja. Sementara, dari sisi lapangan usaha bersumber dari membaiknya kredit Akmamin. Secara keseluruhan, resiko kredit UMKM sedikit menurun dan terjaga dibawah threshold 5%,” jelasnya. (tok)