KORANJURI.COM – Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Wilayah Bali menggelar aksi damai di Bundaran Renon untuk memperingati Tragedi Biak Berdarah. Aksi diikuti sekitar 50 orang dengan koordinator lapangan Gidion Logo.
Mereka mengangkat tema ‘Melawan Lupa Tragedi Biak Berdarah 6 Juli 1998’. Bentangan spanduk bertuliskan tuntutan yang berisi isu-isu krusial terkait tanggungjawab negara atas Tragedi Biak Berdarah 1998.
Termasuk, tuntutan untuk menutup PT Feeport dan seluruh perusahaan asing di seluruh Papua. AMP juga menyerukan Amerika Serikat (AS) bertanggungjawab atas manipulasi sejarah Rakyat Papua Barat
“Tarik TNI dan Polri organik dan non organik dari Tanah Papua,” ujar Gidion Logo dalam orasinya Kamis, 6 Juli 2017.
Beranjak dari titik kumpul di Parkir Timur Renon, mereka menuju lokasi aksi di Bundaran Renon sambil menyerukan yel-yel.
Orasi yang dilakukan silih berganti oleh peserta aksi juga menyatakan, imperialisme sudah menguasai tanah Papua.
“Kami warga Papua menjaga budaya kami, kami berharap di Papua segera diadakan gencatan senjata. Dalang dibalik gejolak Papua adalah para imperialisme,” teriak salah satu peserta aksi.
Gidion Logo menyatakan, dalam 19 tahun peringatan ‘Tragedi Biak Berdarah’ ini, Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menuntut kepada Rezim Jokowi-JK serta dunia Internasional (PBB) untuk bertanggungjawab atas Tragedi tersebut.
AMP juga mendesak pemerintahan sekarang untuk membuka ruang demokrasi seluas-luasnya.
Way